Membangun Sekolah Ramah Kritik

oleh

Oleh : Rahmat Hidayat (Guru SMPN 2 Sipora)

Aksi unjuk rasa siswa di Sekolah yang menuntut mundur kepala sekolah tak jarang kita dengar. Aksi siswa tersebut menjadi perhatian public, khususnya insan pendidikan.

Penyelesaian persoaloan diatas, bak mengambil rambut dalam tepung. Aagar lebih berimbang persoalan aksi unjuk rasa siwa diatas harus disigi dari berbagai segi

Pertama, keberanian siswa dan wali murid melakukan unjuk rasa adalah ekpresi dari kebebasan menyampaikan pendapat. Puncak dari ungkapan kekecewaan terhadap kepala sekolah.

Pun, salah satu penekanan revisi kurikulum 2013 terbaru adalah bagaimana siswa terbiasa berpikir kritis. Kebebasan menyampaikan pendapat yang dipahami sebagai satu kemajuan dalam demokrasi yang sejalan dengan semangat reformasi.

Aksi unjuk rasa siswa hari ini menunjukan bahwa tidak saja mahasiswa sebagai kaum intelektual yang berani melakukan aksi unjuk rasa. Spirit perjuangan mahasiswa seiring waktu sudah bertransformasi kepada siswa SMA dan SMP saat ini.

Transparansi menjadi salah satu pemicu aksi demonstrasi. Hari ini kita menginginkan sekolah yang tidak alergi dengan kirtik. Ketika kebijakan sekolah dimulai dan dilaksanakan dengan cara transparan maka kepala sekolah mestinya tidak perlu takut memberikan pertanggungjawaban kepada atasan dan warga sekolah.

Menarik dibaca