Oleh: Feri Fren (Widyaiswara LPMP Sumbar)
Teringat sewaktu kita masih kecil dulu, betapa bahagianya ketika kita bisa membuat permainan dengan tanpa modal. Hanya dengan memanfaatkan barang-barang bekas tidak berguna yang ada di sekeliling tempat tinggal kita. Anak laki-laki umpamanya, bisa membuat mobil-mobilan dari pelepah daun pisang, membuat bola kaki dari jeruk, membuat rakit atau perahu dari batang pisang dan lain sebagainya.
Disisi lain, anak perempuanpun melakukan permainan masak-masakkan. Mereka memakai pecahan batu merah yang digiling, itu dianggapnya sebagai cabe kaleng susu bekas sebagai kuali tempat penggorengan dan dedaunan sebagai sayur yang akan dimasaknya, lalu ditambahkannya sedikit lilin sebagai minyak, sangat bahagia rasanya.
Pada saat itu anak telah melakukan berbagai macam kreatifitas dalam hidupnya. Orang tua yang melihatpun merasa senang dan bangga.Tidak memarahi, tanpa terasa sang anak telah melakukan suatu kreatifitas yang bernilai tinggi dengan memakai konsep alam takambang jadi guru.
Kreatifitas merupakan kata yang dihubungkan dengan kepandaian seseorang, dan pendapat ini tidak salah tetapi tidak semuanya benar. Banyak orang mengartikan kreatifitas adalah sikap hidup dan prilaku, juga ada yang menghubungkan kreatifitas dengan gagasan-gagasan baru dalam ilmu, teknologi dan pemecahan masalah diberbagai bidang.