Melirik Sejarah Masjid Asazi

oleh

Untuk perluasan parkir di dekat masjid, tidak mudah. Sebab, jalan masuk kecil, dan masjid berada di tengah pemukiman padat. Solusinya mungkin, arial parkir dibuat agak jauh. Terus, tamu jalan kaki ke masjid sembari menikmati sejuk dan indahnya alam Kota Padangpanjang, sebagai bagian daya tarik.

Terkait upaya mendudukan sejarah Masjid Asazi, usul yang muncul malam itu selain minta peran arkeolog, juga perlu mencari data ke Belanda. Jawab Novi Hendri, usulan ini akan dibawa ke rapat Pemko-DPRD, nanti. Begitu juga dengan fasilitas penunjang, terutama arial parkir tadi.

Untuk membangun berbagai fasilitas penunjang tadi, termasuk upaya finalisasi sejarahnya, tentu akan butuh biaya besar. Jadi, ini perlu kita bicarakan lebih jauh, kata Novi Hendri sebelum menyerahkan bantuan Pemko Rp 20 juta untuk Masjid Asazi  kepada ketua pengurusnya, Aswir Dt.Panjang, malam itu.

Selama ini masjid tua Asazi di Sigando cukup sering dapat kunjungan. Tapi selain pihak pemandunya mengeluhkan sempitnya arial parkir, wisatawan tiba di lokasi belum bisa memperoleh catatan tertulis tentang sejarah masjid, juga belum fasilitas café dan kios menjual kuliner dan aksories.

Dari catatan The Public, keberadaan Masjid Asazi lebih mengkristal sejak hadirnya Perguruan Thawalib Gunung di sebelah nya pada 1818 M. Ini merupakan pesantren tertua ketiga di Padang Panjang, setelah Thawalib di Kelurahan Pasausang (1911) dan Diniyah School di Pasausang (1915).

Menarik dibaca