Seorang pegawai tata usaha (TU) juga mengatakan, sekolah saat ini belum mempunyai mushalla, labor, pustaka, pagar. “Saya merupakan pegawai pertama semenjak sekolah ini didirikan 2008 silam. Lebih miris lagi perjaungan para siswa – siswi dalam menimba ilmu di ujung kampung ini jalan yang belum tersentuh aspal. Jika musim penghujan rawan longsor yang mengancam keselamatan jiwa siswa maupun guru yang ditugaskan di sekolah ini. Fasilitas lainya belum adanya signal telekomunikasi di sekolah membuat sekolah kami begitu tertinggal dengan sekolah lain belum lagi sarana penunjang lainya seperti jaringan internet. Bayangkan saja untuk membuat tugas maupun surat keperluan sekolah mesti diketikan ke Paraman Ampalu 8 Km dari sekolah. Itu pun ada yang tak siap satu hari sehingga mesti di titipkan dulu pada rental komputer di sana,” ujarnya.
“Saat ini sekolah memiliki siswa 77 orang dan pegawai 15 orang yang terdiri dari 4 PNS termasuk kepala sekolah dan 11 honorer beserta tata usaha dan juga memiliki rombongan belajar 3 rombel, Kita sebagai putra daerah sini sangat bangga terhadap pengabdian para guru dan kepala sekolah yang sanggup bertahan di sini,” ujarnya.
Seorang bapak-bapak warga Kampung Guo yang tidak mau namanya di sebutkan, mengaku sebagai wali murid sangat mendukung untuk perkembangan sekolah ini demi pendidikan anak-anak kami di sini. “Apa pun yang menjadi kendala sekolah saat ini kita bersama wali murid lainnya melalui komite ikut serta membantu se maksimal mungkin dan terima kasih kami ucap kan atas kesabaran kepala sekolah dan guru untuk tetap bertahan di daerah terpencil yang tak ada dapat jaringan untuk komunikasi via telpon pun susah tutup nya, kita berharap dinas terkait mampu membuka akses jalan maupun peningkatan sarana prasarana sekolah bentuk dukunga kami untuk lahan pengembangan sekolah kami sediakan asalkan anggaran tersedia demi majunya pendidikan di kampung kami.