Ery mengatakan jika pembangunan Zona B selesai, maka para seniman pun dapat kembali bisa beraktifitas seperti semula. Sementara pemerintah maunya merubah rencana menjadi hotel, para seniman tidak akan menghalangi
“Sekarang ini, seolah-olah kami ini para seniman diperlakukan malah jauh lebih buruk daripada sampah. Dibuang tanpa tahu tempatnya. Padahal, sampah saja jika dibuang, ada tempatnya, begitu kira-kira analoginya,” tambah Ery Mefry.
Sementara Khairul Jasmi, tokoh pers Sumatera Barat menyarankan ada baiknya diadakan kembali pertemuan terbuka antara tiga pihak. Agar bisa diketahui lebih jelas lagi soal rancangan detail bangunan yang akan dilakukan pihak pemerintah Prov. Sumbar.
Terutama pertemuan antara pihak PU, Bappeda dan seniman. Penting kemudian, dibuat kesepakatan yang lebih tegas sebagai bentuk hasil dari pertemuan itu.
Syaharman Zanhar, aktifis yang dikenal juga pernah ikut mendirikan Sanggar Seni Paris di Padang Pariaman era 1980an, berharap agar gerakan-gerakan para seniman dan pertemuan dengan senator ini hendaknya dapat menggugah kepedulian pemerintah terhadap iklim kesenian maupun kebudayaan di Sumatera Barat.