SPIRITSUMBAR.com, Agam – Malam belum larut. Kabut dingin turun di ketinggian Lawang Park. Semilir angin berhembus menuju gigil. Tafakur suara alam yang khusuk dalam perenungan ulang. Meditasi bersama noktah yang mengembun.
“Lawang Park ini saya buat untuk perenungan ulang bagi pengunjung. Orang datang ke sini, minum kopi, menenangkan diri dan mencari inspirasi,” ungkap Zuhrizul, pemiliki Lawang Park, dalam Diskusi Tigabelasan Jaringan Pemred Sumbar (JPS), di Lawang Park, Agam, Rabu (13/10/2021).
Lelaki yang akrab disapa Mak Etek ini bercerita, Lawang Park dulunya rimba belantara. Lalu, pascagempa 2009, ia main ke kampungnya di Lawang, Kabupaten Agam. Muncul pikirannya untuk mengembangkan bukit rimba belantara yang memiliki pemandangan menarik ke Danau Maninjau. “Orang kampung menyebut saya gila,” ujarnya.
Pertama dibangun di ketinggian tersebut adalah mushalla. Airnya tak ada, lalu dibuat lubang dan diberi plastik untuk penampung air.
“Saya jual paket kemping. Makan dibawa dari luar, karena belum ada restoran,” lanjutnya.
Setelah paket kemping itu laku, ia mulai membangun villa satu persatu. Namun, tidak berjalan mulus. Karena sulit meyakinkan ninik mamak untuk mendapatkan izin.