Amaddani mengaku segala upaya telah dilakukan untuk minta tolong agar jalan menuju ke sekolah ini bisa di perbaiki. Mulai dari minta tolong sama anggota dewan, wali nagari dan juga camat untuk bisa membicarakan kepada warga tersebut. “Namun semua itu tidak ada hasil. Permohonan yang datang pun seakan di anggap angin lalu oleh mereka,” terangnya.
Amaddani mengakui memang jalan ini sudah ada kabar bakal ada pengaspalan pada tahun 2006. Namun karena Standar Operasional (SOP) dari pembuatan jalan aspal tersebut 4 meter di tambah bahu jalan 2 meter kiri kanan dan membuat tanah mereka terpakai.
Dia mengakui tanah tempat berdirinya bangunan sekolah ini, berasal dari hibah almarhum ayah mereka. Namun dia menduga ada anggota kelurga yang tidak menyukai itikat baik ayahnya itu. “Setelah ayahnya meninggal timbullah niat untuk menguasai kembali akan tanah tersebut. Ini terlihat dengan beberapa kali mereka meminta tahan yang berada di halaman sekolah. Niatnya tersebut sontak terhenti ketika saya bilang bahwa sertifikat tanah ini berada di aset daerah,” ujarnya.