Ternyata, harapannya meleset. Tinggi debit diluar prediksinya. Lantai 2 yang masih belum bisa dikatakan layak huni itu, juga dijamah air bercampur tanah.
“Rumah ini berbunyi bunyi seakan juga akan terbawa arus. Apalagi, suasana gelap gulita. Saat suasana sudah mulai tenang, kami hanya bisa pasrah. Karena dinding depan dan belakang sudah tidak ada lagi. Termasuk semua peralatan dan perabotan, raib tanpa sisa,” ujarnya.
Darmilis merasa bersyukur. Karena, diantara kendaraan yang terjebak salah satunya pedagang roti.
“Dia menolong membersihkan rumah dari timbunan lumpur. Bahkan, dia juga memberi roti untuk kami. Roti itulah, yang kami gunakan untuk mengganjal perut sampai sore ini,” ujarnya.
Dia berujar, roti itulah sebagai penyambung hidup selama 3 hari. Karena, mereka tidak lagi punya beras dan alat memasak.
Hal sama disampaikan Nurmanis (59). Tak ada lagi yang tersisa dalam rumahnya. Bahkan, dia memilih mengungsi ke rumah tetangga. Lantaran, rumahnya tak lagi bisa ditempati.
Tak jauh beda, dia juga mendapatkan bantuan nasi bungkus pada Minggu (10/3) sore. Selain, itu juga ada bantuan 4 bungkus mie instan untuk satu keluarga.
Kondisi terparah, terjadi di Kampung Tanjung, Kenagarian Duku Utara. Puluhan rumah tertimbun galodo di negeri yang terletak di seberang sungai Batang Tarusan tersebut.