Sementara itu, dua rekan yang lain pun sepakat untuk membunuh rekan yang diperintah membeli makanan. Dengan harapan timbunan kekayaan itu hanya mereka bagi berdua.
Setelah rekan yang membeli makanan sampai di tempat, kedua rekannya langsung menerkam dan membunuhnya, setelah itu mereka menyantap makanan beracun yang dibawa korban kejahatan mereka. Apa hendak dikata, kedua lelaki ini tewas.
Konon, Nabi Isa AS sempat mengunjungi tempat kejadian itu. Kepada pendukungnya yang setia, al-Hawariyun, dia berkata, “Lihat, inilah dunia. Bagaimana dia telah membunuh ketiga orang itu. Setelah mereka, tentu akan banyak lagi korban-korban berguguran dari para pemburu dan pencinta dunia.”
Kisah ini memperlihatkan bagaimana dunia telah memperdaya ketiga pejalan kaki itu. Keserakahan, iri hati, dan dengki telah merasuk dalam diri mereka sehingga tak seorang pun mendapat timbunan harta yang mereka temukan.
Kita harus berhati-hati agar tidak tergelincir oleh fatamorgana dunia sebagaimana kisah tersebut di atas. Menurut Imam Al-Ghazali, dunia ini tak ubahnya jalan yang dilalui seorang musafir, yang dengannya manusia dapat mengambil bekal dari dunia ini untuk menjadi teman dan pendampingnya kelak di alam kubur dan dapat berjumpa Allah dengan membawa iman yang sempurna. ” … dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)… ,” Sebagaimana Allah beefirman dalam QS Al Hasyr: 18.