Kisah Cicak dan Burung Pipit

oleh

“Saya yakin Allah SWT tidak akan melihat apakah aku berhasil atau tidak memadamkan api. Tapi Dia melihat diriku kepada siapa aku berpihak.”

Si Cicak terus menertawakan si burung pipit, sambil menjulurkan lidahnya berusaha meniup api yang membakar sang nabi al-kholil yang dicintai Allah SWT, agar apinya cepat membesar.

Memang tiupan cicak juga tak ada artinya. Bahkan, tak menambah besar api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Tetapi Allah melihat dimana cicak berpihak.

Begitulah kehidupan kita sekarang, contoh kecilnya kita sebagai manusia berakal. Apakah kita selalu berpihak kepada kebenaran, atau sebaliknya. menjadi seorang provokator yang bisa merusak tatanan kehidupan masyarakat. Ini dikembalikan kepada kesadaran diri kita masing-masing. Tapi Ingatlah, semua yang kita lakukan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat nanti.

Kisah ini meski sudah beratus abad terjadinya, tetapi nampaknya kembali berulang kembali esensi ceritanya saat ini. Dan akan terus berulang sepanjang hidup, meski dalam bentuk dan warna, bahkan nama yang berbeda.

Mari kita sama-sama renungkan, semoga kita bisa memilih jalan yang di ridhoi Allah dan semoga Allah menyatukan kita kelak di syurga-Nya. Aamiin.

Menarik dibaca