Kisah Cicak dan Burung Pipit

oleh

Tanpa emosional, si burung pipit pun menjawab: “Wahai cicak, aku juga sadar, bahwa aku tidak mungkin memadamkan api yang besar itu, tapi aku tidak suka kalau Allah SWT melihat saya terdiam tanpa upaya sedikitpun memberi perhatian kapada hamba-Nya yang dicintai dalam keadaan terzholimi,” burung pipit berujar.

“Saya yakin Allah SWT tidak akan melihat apakah aku berhasil atau tidak memadamkan api. Tapi Dia melihat diriku kepada siapa aku berpihak.”

Si Cicak terus menertawakan si burung pipit, sambil menjulurkan lidahnya berusaha meniup api yang membakar sang nabi al-kholil yang dicintai Allah SWT, agar apinya cepat membesar.

Memang tiupan cicak juga tak ada artinya. Bahkan, tak menambah besar api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Tetapi Allah melihat dimana cicak berpihak.

Begitulah kehidupan kita sekarang, contoh kecilnya kita sebagai manusia berakal. Apakah kita selalu berpihak kepada kebenaran, atau sebaliknya. menjadi seorang provokator yang bisa merusak tatanan kehidupan masyarakat. Ini dikembalikan kepada kesadaran diri kita masing-masing. Tapi Ingatlah, semua yang kita lakukan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat nanti.

Menarik dibaca