“Dan ini sangat penting bagi perkembangan peradaban ke depan,” ujar Supardi didampingi Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Sumbar, Jefrinal Arifin, Ketua Festival Maek Donny Eros Djarot dan Kabag Persidangan dan Perundang-undangan DPRD Sumbar, Zardi Syahrir.
Sebenarnya, lanjut Supardi cerita Mek sudah sangat lama diapresiasi pihak luar, meski bagi pemerintah Indonesia jadi kurang perhatian. Unesco saja melihat Situs Maek sangat menarik untuk diungkap, termasuk usia tengkorak yang ada di Maek.
“Karena itu, kita bertekad. Persoalan Maek ini mesti di follow up, termasuk melibatkan. Unesco dan BRIN. Penelitian harus dilakukan, sejak usia berapa tengkorak itu ada, termasuk dari DNA tengkorak tersebut. Semoga dalam waktu dekat, bisa hasilnya keluar. Namun dari data yang ada, peradaban di Maek itu telah ada sejak 4000 tahun sebelum Masehi,” ungkap Supardi dalam acara yang dipandu oleh kurator, S. Metron Masdison.
Dari penelitian UNP di Maek, terang Supardi, ditemukan perahu besar. Karena itu, ada kesimpulan dulunya di Maek itu bukanlah sungai, tapi merupakan sebuah pulau dari lautan.
“Dari pertemuan kita dengan BRIN, ternyata pada 2005 sudah dilakukan eskavasi di Maek dan Guguk, ditemukan 3 tengkorak yang ternyata dari penelitian sudah ada sejak abad pertama sebelum Masehi. Makam yang ada di Guguak itu menghadap ke kiblat dan punya liang lahat,” ucap Supardi.