Sebab itu, ia menegaskan kepedulian semua pihak terhadap masyarakat ekonomi lemah yang ada di lingkungan mereka sangatlah dibutuhkan. “Permasalahan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi tanggung jawab kita bersama untuk mengatasinya,” ucap Supardi.
Pada kesempatan itu Supardi juga menyinggung terkait dampak buruk Napza atau penyalahgunaan narkoba di tengah masyarakat. Termasuk aktivititas ngelem yang marak dilakukan kalangan remaja. Untuk lem ini, terang dia, bahayanya lebih besar dari narkoba, karena bisa merusak otak.
Kemudian ada juga persoalan perilaku menyimpang menyukai sesama jenis, yakninya LGBT. Dimana untuk Sumatera Barat angkanya termasuk tertinggi di Indonesia. Perilaku ini sangatlah melanggar norma-norma yang ada di masyarakat.
Ia menuturkan, melalui penyuluhan sosial keliling yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi Sumbar terus disampaikan kepada masyarakat bagaimana mengantisipasi berbagai permasalahan tadi. Baik itu masalah stunting, dan juga berbagai penyakit masyarakat seperti penyalahgunaan narkoba, penggunaan lem, dan serta LGBT.
“Tiga jenis permasalahan tadi mulai dari stunting, narkoba, dan LGBT menghantui kita di Provinsi Sumatera Barat, termasuk di Lima Puluh Kota. Berbagai permasalahan itu tidak bisa hanya diantisipasi oleh wali nagari wali jorong, atau ketua Bamus saja, tapi butuh kepedulian dari kita secara bersama-sama. Semua perangkat di nagari harus bersinergi mengantisipasinya,\” tukas Supardi.