Kerupuk Ubi Kamang Jadi Sumber Ekonomi Keluarga

oleh

Dia mengaku kerupuk ubi buatannya itu dijual ke Pasar Aurkuning dan sejumlah pelanggan yang sudah melakukan pesanan sebelumnya. Diluar biaya bahan baku, ada lagi biaya produksi sekitar Rp30 ribu untuk sekarung ubi, mulai ongkos gilingan, bumbu dan transportasi. Untung bersih sekitar Rp200 ribu selama tiga hari atau sekitar Rp50 ribu sehari jika cuaca mendung katanya.

Pendapatan segitu, diakuinya memang masih jauh panggang dari api. Belum sesuai harapan. Namun sisi positifnya, pekerjaan itu dapat dilakukannya sebagai sambilan mengasuh anak dan meringankan beban suami. “Saya baru dua tahun lalu memulai usaha ini. Kami terkendala sulitnya pasokan bahan baku. Kami tidak memiliki lahan pertanian untuk ditanami ubi kayu. Selain itu, kami berharap ada bantuan berupa mesin penggilingan yang dapat dipakai secara kelompok maupun individu setiap anggota koperasi,” harapnya.

Sementara Wali Nagari Koto tangah, Mashuri menyebut tradisi pembuatan kerupuk kamang di wilayahnya itu sudah berlangsung sejak lama. Membuat kerupuk kamang di Koto tangah dulunya berukuran lebar. Karena dinilai lebih mudah dan dapat diproduksi lebih cepat, maka lebih banyak yang beralih ke ukuran yang mini dan kecil paparnya.

Menarik dibaca