Oleh: Saribulih
Sabtu (14/10/2017) merupakan waktu pembagian hasil mid semester bagi sebagian besar siswa di Sumatera Barat. Hasil yang juga disebut juga rapor bayangan ini bertujuan untuk melihat prestasi hasil berlajar siswa pada paroh semester berjalan.
Walau untuk melihat hasil prestasi belajar siswa, namun terdapat perbedaan dalam penerapan nilai peserta didik. Ada daerah memberikan nilai yang sesuai dengan hasil ujian tengah semester tersebut secara murni. Namun ada juga yang menggabungkan dengan rata rata nilai harian dan tugas.
Namun dalam tulisan pendek ini, saya tidak membahasa secara detil tentang sistem penilaian yang digunakan masing masing daerah tersebut. Karena, pihak pejabat yang memutuskan tentu sudah memiliki alasan atau argumen terhadap penilaian tersebut.
Hal yang terkalang bagi saya adalah keterlibatan orang tua dalam dalam mengambil hasil mid tersebut. Orang tua diwajibkan untuk datang, untuk mengambil rapor siswa dan membicarakan kelanjutan proses belajar peserta didik tersebut.
Bisa jadi maksud dengan mendatangkan orang tua tersebut langkah yang baik, jika memang untuk membicarakan proses belajar dari hasil ujian. Namun pertanyaannya, apakah efektif memanggil orang tua secara kolektif. Karena untuk membicarakan pendidikan seorang anak tidak bisa hanya dari sekedar informasi global saja.
Lebih dari itu, bagi orang tua yang memiliki anak lebih dari dua orang jelas sangat merepotkan. Jika pemanggilan dilakukaan pada waktu yang sama. Logikanya, tidak akan mungkin orang akan terkosentrasi dalam mencari solusi proses pembelajaran siswa.