Padang Panjang, Spiritsumbar.com — Ini kejutan dari RSUD Kota Padang Panjang. Target pendapatannya di 2021 Rp 57,2 miliar, tercapai Rp 64,8 miliar. Biasanya di akhir tahun ada hutang, kali ini tidak, bahkan surplus. Meski begitu, pendapatan Rp 64 miliar tadi belum optimal, potensi layanan penunjang baru sebagian tergarap.
Seperti terungkap dari bincang Spiritsumbar.com dengan Direktur RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Kota Padang Panjang, Lila Anwar di kantornya, Pebruari 2022 ini, penerimaan RSUD kota itu pada 2021 sangat dominan dari jasa layanan medis. Sedangkan dari jasa layanan penunjang masih relatif sedikit.
Peningkatan pendapatan yang cukup signifikan pada RSUD Padang Panjang itu juga sejalan dengan perkembangan layanan medis di rumah sakit Tipe-C tersebut, di antaranya;
- layanan spesialis sebanyak 16 poly
- Layanan terapi tidur
- Layanan cuci darah
- Layanan terapi bicara (baru)
- Layanan fisioterapi (baru)
- Layanan akupuntur (baru)
- Layanan akupresur (baru)
- Layanan estetika/kecantikan (baru)
- Layanan rehabilitasi anak (baru)
- Layanan Nicu (baru)
- Layanan terapi okupasi (baru)
Keseluruhan layanan medis di RSUD Padang Panjang, Kota Serambi Mekah itu, menurut dr.Lila, ditunjang oleh 34 dokter spesialis/sub-spesialis; psikiater, psikolog, rohaniawan (Islam), 20-an dokter umum/gigi; ratusan perawat/bidan dan lainnya. Kemampuan SDM itu ditunjang peralatan medis standar nasional/internasional.
Berikut, perkembangan fisik bangunan RSUD yang berdiri cukup megah di perbukitan asri Bukit Kanduang, Gantiang, tepi timur Kota Padang Panjang. Lokasinya strategis di tepi jalan lingkar utara Kota Padang Panjang (jalan raya Padang/Bukittinggi – Solok), memiliki view yang indah dan iklim kota pegunungan yang sejuk.
Karena banyak layanan spesialis dan berbagai daya tarik lain tadi, kunjungan (customer) di RSUD Padang Panjang cukup besar. Pada 2021 lalu, meski tahun kedua Covid-19, jumlah kunjungan mendekati 70.000 orang, lebih besar dari penduduk kota kecil itu yakni 58.300-san jiwa. Sekitar 55 % di antara customer itu dari luar daerah/provinsi.
Melihat tingkat kunjungan itu, RSUD Padang Panjang juga punya potensi layanan penunjang yang relatif besar. Tapi pemamfaatan potensi layanan penunjang ini relatif lambat perkembangannya. Kini sejak era direktur dr.Lila Anwar, upaya ke arah itu dari pantauan Spirit Sumbar, terlihat agak bergerak cepat.
Perkembangan terbaru, seperti juga terungkap dari keterangan dr.Lila Anwar, potensi layanan penunjang yang sudah/mulai dikelola di RSUD Padang Panjang itu, seperti;
- Jasa parkir kendaraan
- Penyewaan bangunan kios/ruang kantin
- Sewa tempat untuk kantor Capem Bank Nagari
- Sewa tempat utk ATM beberapa bank BUMN/BUMD
- Jasa cuci mobil (baru)
- Jasa estetika/kecantikan (baru)
- Layanan senam kebugaran (baru
Sedangkan potensi lain yang belum dikelola, seperti
- Jasa laundry
- Jasa titipan anak
- Jasa massage (manual & kursi pijit)
- Penyediaan jasa ruang/alat fitness
- Penyediaan ruang minimarket
- Penyediaan media digital di ruang-ruang tertentu Utk Layanan reklame suplemen obat, produk kecantikan, dll.
- Jasa penginapan (bagi keluarga pasien, dll)
- Jasa mobil travel non ambulance (antar pasien yg sudah sembuh)
Rumah sakit (RS) perlu mengembangkan pelayanan penunjang sejalan upaya peningkatan layanan pada customer. Berikut, juga terkait upaya peningkatan pendapatan RS – yang bagi RSUD Padang Panjang juga jadi penerimaan PAD-APBD kota. Dengan begitu, di sisi upaya peningkatan pendapatan, RS tidak full bergantung ke layanan medis.
Meski juga terkait upaya peningkatan PAD, pemamfaatan jasa pelayanan penunjang diserahkan kepada pasien/customer; mau menggunakan atau tidak. Sebab tidak terkait langsung dengan layanan medis. Bukan seperti pemakaian rontgen, yang diperlukan untuk mendiagnosa kondisi organ tubuh bagian dalam pada pasien.
Sekilas terkait kontribusi RSUD Padang Panjang atas PAD (Pendapatan Asli Daerah) kota itu, pada 2021 lalu dari sekitar Rp 94 miliar penerimaan PAD, di antaranya Rp 64,8 milyar dari RSUD. Total pendapatan APBD 2021 Kota Padang Panjang Rp 500 miliar lebih, sebagian besar dari subsidi pemerintah pusat, kedua dari PAD.
RSUD tampil jadi primadona penerimaan PAD-APBD Kota Padang Panjang sejak 2007. Tadinya dari retribusi Pasar. Kontribusi RSUD atas PAD naik lebih besar mulai 2014, dari Rp 14 miliar ke sekitar Rp 50 miliar pada 2019 (sebelum Covid). Terus, di 2021 (awal pimpinan dr.Lila Anwar) melesat ke Rp 64,8 milyar,(jym/yet).—