Oleh. Riyon
Jelang bulan suci Ramadhan 1437 H/2016 tingkat kejahatan di Sumatera Barat tampaknya meningkat dan rasa amanpun terusik. Diantara kasus-kasus tindak kejahatan saperti kejadian pada bulan Mei 2016 lalu, perampokan salah seorang nasabah bank di halaman parkir Kantor Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Muaro Kalaban Kota Sawahlunto, korbannya Silvia Antika raib sudah uang yang mau disetor ke bank tersebut.
konyolnya pelaku perampokan malah “Pagar makan tanaman” dengan keterlibatan anggota Polsek Muaro Kalaban Brigadir YU, Bribka MP, Brigadir RI dan satu orang warga sipil berinisial R.
Seharusnya anggota Polisi sebagai Abdi Negara (AN) mengayomi, melindungi dan memberikan rasa aman terhadap warga masyarakat dari tindak kejahatan. Ini malahan bertolak belakang menjadi biang kerok pelaku perampokan nasabah bank.
Disinilah citra Kepolisian RI tercoreng keningnya dan sangat memalukan sekali. Kalau kita kaji paradigma Polri sangat bagus, tetapi sengaja atau tidak, yang mencoreng citra kepolisian itu oknumnya. Disini perlunya evaluasi diperketat penyaringan dan penjaringan memasuki anggota polri, terutama masalah didikasi dan moralitasnya.
Belum hilang dari ingatan masyarakat tentang kejadian perampokan nasabah bank di Muaro Kalaban. Menyusul kejadian tindak kejahatan perampokan pedagang emas Eprial (50) warga Kenagarian Koto Baru Kec IV Kab Sijunjung bersama istrinya Usridawati (45) dengan mobil Avanza BA 1917 KN ketika pergi berdagang emas kepasar Sungai Betung Kec. Kamang Baru Kab. Sijunjung Senin (23/5). Di daerah Gunung Pandak Kanagarian Paru Kec. Sijunjung mereka dirampok 6 pelaku.
Dalam waktu sekitar 1 jam para pelaku berhasil dibekuk di daerah Sungai Betung Kec. Kamang Baru, satu orang pelaku berinisial HN (38) warga Bukittinggi berhasil dihadiahi timah panas akhirnya meninggal dunia. Sedangkan 5 pelaku berhasil ditangkap antara lain YS (48) asal Lubuk Bagalung Kota Padang, JK (29) warga Nagari Tanjung Lolo Kec. Tanjung Gadang, LE (25) asal Bukittinggi, JI. (38) warga Kelurahan Nipar Payakumbuh, SW (34) warga Nagari Tanjung Lolo Kec. Tanjung Gadang termasuk sang sopir Suzuki Ertiga BA.1390.VA yang digunakan untuk tindak kejahatan perampokan berhasil ditangkap hanya dalam jangka 1 jam setelah kejadian perampokan tersebut.
Kerugian yang diderita suami istri Eprial dan Usridawati emas 209 gram dan uang tunai Rp13.402.000,-. Tiga dari 5 pelaku perampokan berhasil dihadiahi timah panas dikakinya dan untuk mendapatkan penanganan medis dibawa ke RSUD Sijunjung. Sedangkan pelaku JN langsung digelandang ke Polres Sijunjung.
Dari menimba kejadian perampokan nasabah bank di Muaro Kalaban, yang mencoreng citra kepolisian. Sangat beda dengan kejadian perampokan pedagang mas di Gudung Pandak Nagari Paru Kec Sijunjung. Anggota Polres Sijunjung dengan sigap, menunjukkan integritasnya menangani tindak kejahatan, dalam waktu 1 jam para pelaku perampokan bisa dilumbuhkan bahkan satu pelaku tewas terkena timah panas karna mau melarikan diri.
Gerak cepat dan strategi penanganan tindak kejahatan perampokan pedagang emas Eprial ini tentu motor penggerak strategi dikomandoi oleh Kapolres Sijunjung AKBP Dodi Pribadi, SIk, MSi.
Mengambil hikmah kejadian tindak kejahatan memasuki bulan suci Ramadhan, ini memang sering terjadi. Ada pepatah mengatakan “Air tenang itu menghanyutkan”, selama ini disuatu daerah aman, tentram dan terkendali sangat kondusif, tiba-tiba terjadi tindak kejahatan yang menggemparkan.
Barangkali motifnya semua itu mungkin motif desakan ekonomi, malas bekerja dan berusaha, sudah terbiasa hidup dengan senang/foya-foya, ingin dapat uang banyak dengan mudah, tak mau bekerja keras. Akhirnya mengambil jalan pintas melakukan tindak kejahatan, mending tertangkap oleh aparat kepolisian. Kalau tertangkap warga masyarakat jelas mati konyol ini berlaku bagi siapapun yang melakukan tindak kejahatan perampokan dengan kekerasan, baik memakai sajam maupun senjata api.
Kenapa orang melakukan tindak kejahatan dan merugikan orang lain, memang banyak faktor dan indikatornya, bukan hanya kesenjangan sosial dan kehidupan semakin sulit. Tetapi termasuk rapuhnya keimanan seseorang, rusaknya moral, ada niat jahat dan ada kesempatan, lalu setan menggoda kepada umat manusia.
Andaikata Tuhan Allah memberikan cobaan dalam hidupnya, tabah, tidak limbung dan tidak panik. Kalau tetap tabah Insya Allah kita akan terhindar dari tindak kejahatan dan diberi kemudahan rejeki, disamping mau berusaha keras. Wujudnya memang manusia yang melakukan tindak kejahatan, tetapi yang menyetirnya adalah setan-setan yang bergentayangan.
Dikaitkan memasuki bulan suci Ramadhan 1437 H / 2016, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Kalau menunaikan shalat tarawih ke Mushola atau ke Masjid, sebaiknya teliti semua pintu-pintu dan jendela sudah dikunci belum, tengok didapur, kalau masak pakai kompor gas, cabut dulu putaran selang pipa gasnya. kalau dikampung memasak pakai kayu, apakah di dapur api sudah padam atau belum di cheking dulu. Hidupkan lampu penerang di bagian depan rumah dan belakang biar terang benderang.
Kalau mau pergi ke pasar tak usah memakai perhiasan-perhiasan, itu mengundang tindak kejahatan. Hidupkan pos ronda yang selama ini hidupnya Senin dan Kamis. Kita tidak boleh lengah, ceroboh dan lalai. Andaikata lalai, bisa mengundang kejahatan, warga baru saja baru saja pergi sholat tarawih ruamahnya sudah disatroni maling.
Kesimpulannya bangkitkan semangat kewaspadaan di bulan suci Ramadhan perbanyak beribadah dan amalan serta sodaqoh, insyaallah kita akan terjaga dari mara bahaya tindak kejahatan dan dilindungi oleh Allah subhana wa’taalla.