Padang, SPIRITSUMBAR.COM – Kritik terhadap gaya kunjungan Wali Kota Padang Fadly Amran ke kawasan Pantai Padang akhir pekan ini menuai reaksi dari masyarakat.
Sebelumnya tudingan pencitraan dilontarkan oleh Wakil Ketua DPRD Padang Mastilizal Aye, Mendapat bantahan tegas datang dari Deri, tokoh masyarakat (Tomas) di Kelurahan Purus, lokasi tempat kunjungan berlangsung.
Menurut Deri, komentar-komentar miring yang menyebut Fadly melakukan pencitraan tidak hanya keliru. Tetapi juga menyakitkan bagi warga yang benar-benar merasakan kehadiran pemimpinnya secara langsung.
“Kalau indak manuruik ka lapangan, indak usah asal manyoal. Awak di siko yang disapo, bukan hanya di foto. Batua bananyo dibilang pencitraan. Padahal kami yang marasokan, kami yang didangakan dan kami yang diagiah solusi secara teknis,” ujar Deri saat diwawancarai, Senin (7/4/2025).
“Bukan pencitraan, tapi kehadiran yang tulus. Fadly Amran bukan datang untuk gaya-gayaan. Beliau datang karena tahu warga Purus butuh disapa, bukan dijanjikan lewat baliho,” tambahnya.
Deri juga menyorot keras bagaimana sebagian elit justru menghakimi penampilan dan kendaraan dinas Fadly Amran. Tanpa melihat konteks yang lebih penting, keberanian pemimpin hadir tanpa seremoni, tanpa jarak.
“Urang datang pai ka pantai, disambuang tangan jo senyuman, ditanyo keadaan, didengarkan nasib. Apo itu bukan tugas pemimpin? Apo musti ditunggu dulu awak susah baru mau turun?” katanya dengan nada tegas.
Menurutnya, masyarakat Purus selama ini sudah terbiasa menjadi objek janji dan wacana politik. Tapi yang mereka butuhkan hari ini adalah pemimpin yang mau datang, mendengar, dan bertindak langsung.
“Kalau orang nan indak turun langsung sajo lah bisa menilai, kami nan di lapangan tentu lebih tahu siapa yang tulus dan siapa yang cuman lihai bicara,” tuturnya.
Deri juga menyayangkan bahwa pembicaraan publik justru lebih sibuk mempermasalahkan batik dan ajudan, dibanding substansi dari kunjungan itu sendiri.
“Baju batik, ajudan, mobil dinas itu cuma alat. Yang penting itu isi hati dan langkah kaki Fadly. Fadly datang dengan niat baik, bukan sandiwara. Kok malah dicemooh oleh yang bahkan tidak berada di tempat?”
Deri menutup dengan sindiran halus, namun tajam kepada para politisi yang hanya muncul lewat opini dan komentar.
“Kalau lah wakatu pemimpin turun langsung disambut caci, lantas kapan rakyat bisa dapat perhatian yang murni? Jan lah dibiasakan juo nan indak turun dinilai hebat. Tapi nan turun malah dituduh. Itu logika terbalik,” ujarnya. (Salih)
Komentar