Kato Nan Ampek bagi Generasi Muda Minangkabau

oleh

Kato nan Ampek adalah adat berbicara di Minangkabau. Setiap orang dituntut paham perbedaan cara berbincang-bincang dengan orang berbeda.

Seperti bunyi pepatah minang Indak ka pernah samo datanyo sawah jo pamatang.  Maksudnya setiap orang punya tingkatan-tingkatan tertentu di masyarakat. Apa saja bagian dari kato nan ampek?

Kato mandaki adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang lebih dewasa atau orang yang dihormati. Seperti orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan.

Pemakaian tata bahasanya lebih rapi, ungkapannya jelas, dan penggunaan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga bersifat khusus. Ambo untuk orang pertama, panggilan kehormatan untuk orang yang lebih tua:  mamak, inyiak, uda, tuan, etek, amai,  atau  uni  serta baliau untuk orang ketiga.

Selanjutnya, kato malereang  merupakan bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang disegani dan dihormati secara adat dan budaya.

Umpamanya orang yang mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan. Misalnya, ipar, besan, mertua, dan menantu. Juga, antara orang-orang yang jabatannya dihormati seperti penghulu, ulama, dan guru.

Pemakaian tatabahasanya rapi, tetapi lebih banyak menggunakan peribahasa, seperti perumpaan, kiasan atau sindiran. Kata pengganti orang pertama, kedua, dan ketiga juga bersifat khusus.

Menarik dibaca