Kehidupan sosial keagaamaan tidak lebih baik dari nasib parpol. Saling fitnah dan adu domba antar anak bangsa dan sebentar lagi menjadi tabiat kebudayaan yang destruktif. Jika tidak diselesaikan dengan cara yang tepat dan berkeadilan.
Disektor ekonomi, negara semakin nyata masuk dalam jeratan rentenir internasional. Sementara uang pinjaman tidak jelas kemana larinya. Satu demi satu BUMN tergadai pada rentenir internasional dan para relawan pilpres yg berada didalamnya tidak terlihat kinerjanya.
Banyak lagi dan banyak lagi untuk disebutkan catatan buram yang melingkupi kinerja pemerintahan saat ini.
Tak ada kata terlambat buat Jokowi selagi punya niatan untuk memperbaiki nasib negara bangsa ini. Kita harus kembali pada persoalan yang mendasar sebagai prasyarat pembangunan, yaitu stabilitas politik.
Jika Soeharto menerapkan politik fusi atas beragam parpol yang ada saat itu demi stabilitas pembangunan. SBY menerapkan politik harmoni untuk kestabilan atmosfir pembangunan. Maka pertanyaannya adalah dengan cara apa Jokowi mendapatkan kestabilan politik?.
Tindakan represif selama ini sama sekali tidak menguntungkan dan bahkan semakin menjauhkan perjalanan negara bangsa dari pendulum cita cita Proklamasi.