Oleh: Rahmat Hidayat (Pemerhati Politik)
Ini hari hari yang berat bagi Jokowi sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan. Begitu beratnya sehingga apapun yang beliau lakukan mengandung tanya dengan nilai degradatif.
Dalam daftar Pilkada berbagai daerah yang didukungnya, khusus wilayah dengan populasi besar, semua nyaris kalah. Sumut, Jawa Barat dan terakhir Jakarta menjadi contoh semua itu.
Akan halnya Jawa Tengah peran Jokowi terlihat tidak signifikan karena faktor ketokohan Ganjar Pranowo dan basis PDIP yang masiv. Ironisnya di tiga wilayah yang kalah tersebut, semuanya akibat fight dengan pemilih muslim dimotori PKS.
Jadi ada benarnya apa yang dikatakan Gubernur DKI Basuki, sebagaimana yang viral di media sosial, Jokowi naik karena pengembang. Dapat diartikan Jokowi bukan produk genuine yang diharapkan masyarakat selama ini, tapi hasil dari the other hand.
Dalam hal pembangunan, jargon revolusi mental tidak berjalan. Bukan karena konsep itu buruk tapi memang karena tidak memahami sama sekali konsep tersebut kecuali jargon : Kerja….Kerja…Kerja….!
Di bilangan pembangunan fisik, rangkaian pembangunan infrastruktur yang dibanggakannya, khusus infrastruktur jalan raya sesungguhnya bukan konsep baru. Karena, semua sudah terdesign sejak era Soeharto, kemudian di sempurnakan oleh Pemerintah SBY.