Jembatan Hati untuk Sekolah

oleh

Sering kita mendengar dan menyaksikan, baik melalui media sosial ataupun realita di lapangan, bahwa di suatu sekolah terjadi konflik ataupun persengketaan. Hal tersebut terjadi, baik antara guru dengan guru, guru dengan wakil kepala sekolah, bahkan antara guru dengan kepala sekolah. Parahnya lagi, jika konflik ini terjadi antara guru dengan siswa. Konflik tersebut justru terkadang muncul disebabkan hal-hal yang sepele.

Lebih miris lagi konflik tersebut terkadang melebar sampai ke pihak lain seperti Dinas Pendidikan bahkan pihak kepolisian. Sungguh sangat disayangkan karena lembaga sekolah semestinya harus mampu menjadi wahana pendidikan bagi siswa dalam segala hal.
Mengapa hal ini bisa terjadi?, tak lain penyebabnya karena tidak terbangunnya jembatan hati di sekolah tersebut. Apabila adanya jembatan hati yang terbangun dengan baik, maka hal-hal seperti tadi tidak akan terjadi.

Dalam membangun jembatan hati di sekolah sangat diperlukan peran dari seorang kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan di suatu sekolah perlu memiliki kepedulian dalam hal ini.

Kepala sekolah yang baik, akan mampu memantau setiap gejala yang muncul di sekolah. Kepala sekolah sebaiknya memiliki buku pemantauan tentang setiap gejala yang terjadi. Apabila ditemukan adanya gejala yang tidak baik, maka seorang kepala sekolah tidak boleh melakukan pembiaran, melainkan harus melakukan pembinaan. Dalam pepatah Minangnya “ jan biakan api sampai ka singok” artinya setiap permasalahan yang terjadi di sekolah harus cepat diantisipasi supaya tidak semakin melebar.

Menarik dibaca