Jadilah Pemimpin Bukan Kepala

oleh

Apabila semua staf sudah memiliki kinerja yang baik, otomatis kinerja instansi akan semakin baik pula. Sebagai seorang kepala jangan terlalu cepat menyalahkan staf.

Kalau ada staf yang salah, bekerja tidak maksimal, maka itu kesalahan kepalanya. Apakah kepala sudah mengetahui karakteristik stafnya, apakah pekerjaannya sudah di supervisi, sudahkah dilakukan pembinaan, apa sudah diberi reward atau belum, jangan hanya punishment (hukuman) saja yang diberikan.

Dalam militer ada istilah “tidak ada prajurit yang bersalah”, terjadinya kesalahan tembak di lapangan bukan salahnya prajurit. Tetapi salahnya perwira mengapa tidak jelas memberikan perintah kepada sang prajurit.

Jelaslah disini bagi kita bahwa kepalalah yang harus bertanggungjawab atas semua pekerjaan stafnya. Ungkapan tersebut memberi kesan bahwa yang namanya “kepala” memang memiliki tanggungjawab lebih besar terhadap apa yang dipimpinnya. Oleh karena itulah sebagai kompensasi untuk kepala, diberikan gaji dan tunjangan yang lebih besar dari stafnya.

Teori klasik kepala yang memakai tiga pasal sudah tidak zamannya lagi dilakukan oleh seorang kepala. Dimana pasal satu mengatakan kepala selalu benar, pasal dua staf selalu salah, dan pasal tiga ketika kepala salah, kembali lagi ke pasal satu.

Kepala dalam mengelola sebuah instansi sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu. Mutu yang dimaksud meliputi berbagai aspek, seperti mutu layanan, mutu pengelolaan, mutu sarana dan prasarana. Serta mutu dari segenap sumber daya yang ada di instansi yang dipimpinnya.

Menarik dibaca