Kata Ade, dia akan berusaha menggunakan uang tersebut untuk biaya sehari-hari selama anak dan mertuanya berada di rumah sakit. Kata Ade, berdasarkan informasi yang dihimpunnya, hasil pemeriksaan swab anaknya akan keluar 15 – 20 hari lagi. Ade, anak, dan mertuanya tidak memiliki kerabat di rantau.
Jika uang tersebut habis, dan anaknya nanti sudah diperbolehkan keluar karena sehat, Ade mengaku tidak tahu harus berbuat apa. “Di sini, kami tidak ada siapa-siapa. Kalau habis pitih, dan kalau anak sudah keluar dari rumah sakit (karena dinyatakan sehat), saya tidak tahu kelanjutannya bagaimana,” terangnya.
Dia meminta agar masyarakat ikut mendoakan kesembuhan anaknya. Ade juga berharap agar Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) atau masyarakat Minang yang ada di Sumbar atau di rantau untuk membantu proses pemulangannya bersama anak dan mertuanya. “Saya berharap ada pihak yang membantu proses kepulangan kami,” sebutnya.
Informasi tentang Ade, yang istrinya baru saja meninggal dunia dan anaknya harus menjalani isolasi mandiri di rumah sakit, mulanya diperoleh dari Dodi Mardianto Datuk Katumanggungan, Ketua Alumni Pondok Pesantren Almakmur Tungkar, dimana Ade merupakan alumni pesantren yang berlokasi di Situjuah Tungkar tersebut.