Investor Saham di Sumbar Tumbuh Subur, Yusri : Pemahaman Masyarakat Rendah

oleh

PADANG SpiritSumbar.com – Hingga Juni 2022 jumlah investor saham di Sumbar mencapai 57.361 dengan volume transaksi per enam bulan Rp8,89 triliun. Uniknya, pemahaman masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) terhadap pasar modal masih rendah.

Hal itu disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Barat, Yusri dalam Workshop Wartawan Pasar Modal pada salah satu kafe di Kota Padang, Kamis, 18 Agustus 2022.

Dalam workshop yang bertema Perlindungan Investor Pasar Modal itu Yusri menambahkan pertumbuhan yang signifikan ini menjadi modal yang kuat untuk pengembangan pasar modal di Sumatera Barat.

Video:

 

Dia mengungkapkan pertumbuhan investor dari tahun ke tahun di Sumbar terus meningkat secara drastis. Menurutnya, jumlah investor saham pada 2018 sebanyak 13.098. Namun di 2020 meningkat tajam sebanyak, 25.382 dan di 2021 naik drastis menjadi 50.734. “Malahan sampai Juni 2022 telah mencapai 57.361,” ujarnya.

Menariknya, dari jumlah investor tersebut, 70 persen diantaranya merupakan generasi muda dengan rentang usia di bawah 30 tahun atau disebut generasi milenial.

Hal ini, ujarnya, yang patut disyukuri, lantaran generasi muda sudah berinvestasi di Pasar Modal. Jika mereka sudah memiliki kekayaan akan memberikan kontribusi besar bagi pasar modal.

Disisi lain membaiknya perekonomian pasca pandemi Covid-19 juga berdampak positif pada pasar modal.

Yusri mengutip pernyataan Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraan kemarin. Kebijakan dibidang anggaran yang akan kembali pada defisit normal yakni 2,85 persen dengan 598 triliun.

Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 diramal turun tajam, yaitu Rp 732,2 triliun atau 3,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Pada 2021 lalu, target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 mencapai Rp 598,2 triliun, atau setara 2,85 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Target itu sesuai dengan mandat yang diatur dalam dalam Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2020 dan Perppu Nomor 1 Tahun 2020, bahwa defisit fiskal harus kembali ke 3 persen pada 2023.

Namun, peningkatan investor saham ujarnya tidak dibarengi dengan pemahaman masyarakat terhadap pasar modal. Hal ini terlihat dengan rendahnya tingkat literasi masyarakat.

“Berdasarkan survei yang dilakukan OJK pada 2019 hanya 4,92 persen masyarakat Sumbar yang paham soal pasar modal atau masuk kategori rendah,” ujarnya.

Hal ini ujarnya, tentu kurang baik. Bahkan akan menimbulkan resiko dalam berinvestasi. “Dalam berinvestasi di pasar modal harus dibarengi dengan literasi. Agar paham dengan berbagai peluang dan resiko dari investasi itu sendiri. Selain itu, juga terhindar dari investasi illegal” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Barat (Sumbar), Early Saputra menyampaikan Workshop Wartawan Pasar Modal ini merupakan yang pertama secara offline pasca pandemi Covid-19.

Turut memberikan materi Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumbar, Early Saputra dan Direktur Utama Indonesia SIPF (Securities Investor Protection Fund), Narotama Aryanto. (Salih)

Menarik dibaca