Kehadiran masjid ini, hanya sebagai faktor keberuntungan dan hikmah dari bencana gempa 2009 saja. Karena, sebelum gempa mendera, di fasum tempat berdirinya masjid ini hanya akan dibangun mushalla.
Tapi, itulah kebesaran Allah SWT, yang telah menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat kegiatan umat. Walau dari sumber dana dari jamaah tetap, tidak begitu baik, namun masih berupaya eksis demi kemaslahatan umat.
Infak setiap Jumat hanya berkisar Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Bahkan, sekali kali dibawah Rp100 ribu. Sedangkan untuk honor khatib saja yang Rp200 ribu sudah tidak tertutupi. Belum lagi biaya rutin lainnya, seperti listrik plus perawatan AC dan lainnya, honor gharin, imam dan petugas kebersihan. Termasuk honor 3 orang guru TPQ yang masih disubsidi masjid.
Walau begitu, nilai positif masjid ini adalah jumlah jamaah yang hampir memenuhi masjid. Artinya, masjid dengan kapasitas 200 orang dalam kondisi normal ini selalu ramai. Hanya saja,
Disinilah perlunya, kreatifitas dan inovasi. Demi mendapatkan sumber penghasilan untuk menutupi kekurangan. Kerjasama dengan pihak ketiga pun dibangun, sumber insidental pun dicari.
Langkah strategis saat ini dan ke depan adalah memanfaatkan digitalisasi. Tujuannya, untuk menjangkau semua pelosok secara globalisasi. Website, email, akun medsos dan lainya yang ada di masjid Al Quwait, adalah untuk publikasi dan mencari sumber donasi.