Oleh : Saribulih
Pada zaman Rasulullah, masjid merupakan pusat kegiatan umat. Tidak hanya sekedar kegiatan shalat wajib lima waktu. Tapi, pusat dari segala kegiatan, pendidikan, ekonomi, sosial, strategi perang dan sebagainya.
Karena, sebagai pusat kegiatan umat, jumlah masjid tidak begitu banyak. Alhasil, anggaran untuk berbagai kegiatan tidak begitu sulit. Apalagi, tingkat keimanan umat saat itu juga sangat baik.
Zakat, sedakah, infak dan hal yang berhubungan keuangan masjid nyaris terjamin. Bahkan, penghasilan pengelola keagamaan ikut terjamin, karena sudah ada yang peduli. Para pengelola, betul betul sangat fokus lantaran dia tidak begitu memikirkan hari demi dalam memenuhi kebutuhan.
Hal yang tak kalah penting, para pengelola masjid juga ikhlas mengabdikan diri untuk kepentingan masjid dan kemaslahatan umat. Hal ini jelas berdampak positif terhadap kelangsungan rumah ibadah, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Malahan, kondisi ini masih bisa dirasakan di Ranah Minang sampai akhir abad 20. Bagaimana dengan saat ini?
Umat Islam berlomba lomba membangun masjid. Hal ini dengan asumsi jumlah penduduk makin meningkat. Yang dikhawatirkan masjid yang ada, tidak mampu menampung jumlah jamaah yang melaksanakan shalat berjamaah.