Ini Rahasia Warga Lambak Selamat dari Galodo Dahsyat

oleh

Spirit Sumbar – Minggu, 7 Februari, pukul sembilan malam. Tiba-tiba, air di Sungai Batang Lambak, Pasaman, menyusut drastis. Menyaksikan fenomena ini, Kepala Jorong (Dusun) Lambak, Hamidi, langsung berlari ke surau. Kemudian, dengan sekuat tenaga dipukulnya kentongan kayu di surau bertalu-talu selama sekitar limabelas menit.

Mendengar ‘’alarm’’ tradisional dari surau tersebut, warga Jorong Lambak, Kanagarian Panti, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, langsung berhamburan menuju tempat yang lebih tinggi.

“Saya sedang belajar jam setengah sepuluh malam, tiba-tiba harus lari ke bukit…,” kenang Ami, siswa kelas 6 SDN Lundar 4 Nagari Panti Timur, salah satu warga Jorong Lambak.

Tak berapa lama kemudian, Sungai Batang Lambak menggelontorkan banjir bandang. Air bah kecoklatan bermuatan berkubik-kubik pasir serta bebatangan pohon menderap ke segenap penjuru dusun.

Seluruh bangunan yang berada di bawah jembatan Sungai Batang Lambak, terendam pasir. Termasuk Masjid Al Ikhlas, yang terendam pasir hingga hampir mencapai kusen jendelanya.

‘’Ini galodo (banjir bandang) terbesar yang pernah melanda kampung kami,’’ kata Hamidi kepada Tim LAZIS Dewan Dakwah di posko pengungsi Jorong Lambak, Ahad (28/2/2016) siang.

Kehadiran LAZIS disertai para relawan dari Dewan Dakwah Perwakilan Sumbar, Ikatan Alumni IPB (IA-IPB), dan Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP).

Hamidi melanjutkan, sebanyak 59 KK atau 1000-an jiwa memang terendam rumahnya. Banyak diantara rumah yang dindingnya jebol.

Namun, alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Ini tak lepas dari sistem peringatan dini tradisional yang mereka pelihara secara turun-temurun.

Yozawardi Usama, Kepala Dinas Kehutanan Kab Pasaman, menjelaskan, kearifan lokal yang dilakukan Hamidi merupakan bagian dari sistem peringatan dini guna mengantisipasi bencana. Kearifan ini mulai dipraktikkan setelah tetua warga memetik hikmah dari pengalaman banjir bandang tahun 1954.

Selain menyusutnya air sungai secara mendadak, tanda-tanda datangnya galodo adalah hujan berturut-turut selama dua hari.

Sebelum galodo Minggu tengah malam, Jorong Lambak hujan selama tiga hari berturut-turut sejak Jumat (5/2/2016).

Selain itu, sapuan angin kencang yang menimbulkan suara gesekan dedaunan dan ranting pepohonan pohon bambu di dekat makam leluhur dusun, juga menjadi sinyal datangnya bala.

Jika pertanda alam itu terjadi, maka Kepala Jorong akan memukul kentongan kayu di surau. Jika dipukul tujuh kali, berarti ada orang meninggal. Tiga kali dengan jeda panjang di setiap pukulan, berarti seruan untuk shalat Jumat. Sedang untuk peringatan datangnya bencana, kentongan dipukul bertalu-talu selama sekitar 15 menit.

Yozawardi yang mengawal bantuan logistik dari LAZIS Dewan Dakwah menyatakan, banjir bandang Jorong Lambak lebih disebabkan oleh faktor curah hujan tinggi dan topografi dusun.

‘’Banjir bandang ini bukan disebabkan oleh illegal logging, tapi lebih karena faktor alami,’’ katanya seraya menambahkan bahwa di Pasaman tidak ada satupun perusahaan pemegang HPH dan IPK (industri pengolahan kayu).

Namun ia mengakui, masih ada aktivitas peladangan hutan oleh warga. Dari sekitar 285 ribu hektar hutan Pasaman, ada sekitar 50 hektar areal hutan lindung yang digarap warga menjadi lahan perkebunan dan ladang. Umumnya untuk ditanami kakao dan karet.

Menyadari hajat hidup warga dhuafa di sekitar hutan, Dinas Kehutanan Pasaman lebih mendahulukan pendekatan persuasif. Jangan sampai warga tidak punya penghasilan, namun juga jangan sampai hutan rusak karenanya.

Sejak beberapa tahun terakhir, Dishut Pasaman membentuk Satuan Tugas Pengamanan Perlindungan Hutan Berbasis Nagari (PPHBN) di tiap nagari, dengan jumlah anggota setiap satgas mencapai lima orang per nagari.

‘’Satgas ini menerapkan pendekatan persuasif. Tapi untuk pelaku pembalakan hutan yang bandel, bisa kita kenai pasal Undang-Undang nomor 18 tahun 2013 tentang P3H,’’ terang Yozawardi di sela acara trauma healing oleh relawan mahasiswa UNP yang diikuti 76 anak di ruang guru SDN 4 Lundar.

Selanjutnya, LAZIS Dewan Dakwah mendukung Dinas Kehutanan Pasaman dan tokoh warga setempat, untuk mengevakuasi batang-batang pohon di hulu Sungai Batang Lambak.

“Batang-batang pohon kita potong-potong dan evakuasi, agar tidak menutupi jalan. Ini juga untuk mencegah galodo kayu,” terang Yozawardi yang alumnus Fakultas Kehutanan IPB. (Relis)

Menarik dibaca