Spirit Sumbar – Globalisasi telah menimbulkan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Di satu sisi telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi informasi.
Namun, globalisasi juga telah mampu mengkoyak tatanan kehidupan masyarakat, terutama Minangkabau yang selama ini dikenal dengan filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Pergaulan bebas, judi, narkoba, minuman keras serta yang terakhir Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) merupakan dampak negatif terhadap generasi muda Ranah Minang.
Untuk menyelamatkan generasi tidak akan bisa hanya mengandalkan cerita logika, dalam bentuk menghujat, mencaci atau makian. Apalagi, persoalan tersebut telah meracuni semua sendi dan pranata kehidupan.
Demikian disampaikan inisiator pendirian Kampung Budaya di Perum Mitra Utama 2 Kelurahan Banuaran, Saribulih saat menyampaikan pemikirannya dihadapan para Anggota Sasaran Silat Sarai Sarumpun, Masjid Al Quwait Banuaran, Kota Padang, Sumatera Barat, Rabu (17/2/2016) malam.
Menurutnya, generasi muda harus diberikan aktifitas positif sesuai dengan bakat yang dimiliki. Terutama, yang berkaitan dengan budaya Minangkabau. “Budaya Minangkabau harus dikembalikan landasannya. Karena, hal ini, akan mampu menciptakan generasi muda yang agamais dan berbudi pekerti luhur,” ujar Saribulih yang juga Pemimpin Redaksi (Pemred) Tabloid The Public ini, di Halaman Masjid Al Quwait Banuaran yang juga dihadiri para pengurus dan dewan guru Sarai Sarumpun.