Tahun 2050, 1 abad umur kemitraan kita adalah momen krusial. Pada tahun 2050 Indonesia dan Australia akan bertransformasi menjadi pemain besar kawasan dan dunia. Menurut Price Waterhouse Cooper misalnya, pada tahun 2050 Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia dengan PDB (produk domestik bruto) sekitar USD10,5 triliun. Indonesia juga akan menjadi negara emerging market dengan jumlah kelas menengah terbesar ketiga di dunia.
Namun di lain sisi, tahun 2050 dunia juga diprediksi semakin dipenuhi ketidakpastian. Jika tren saat ini berlanjut, maka dunia 3 dekade mendatang akan semakin terdisrupsi. Situasi geopolitik dan geoekonomi dunia semakin berat. Stagnasi pertumbuhan bahkan resesi ekonomi dunia sulit dihindari. Dikhawatirkan nilai demokrasi dan kemajemukan akan termarjinalkan.
Di tengah berbagai tantangan tersebut, Indonesia dan Australia harus fokus pada upaya peningkatan kemitraan. Saya mengusulkan beberapa agenda prioritas menyongsong satu abad kemitraan kita.
Pertama, kita harus terus memperjuangkan nilai demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kemajemukan. Setop intoleransi, setop xenophobia, setop radikalisme, setop terorisme. Terus kikis politik identitas di negara kita dan di berbagai belahan dunia, baik itu atas dasar agama, etnisitas, identitas askriptif lainnya. Politik identitas merupakan ancaman terhadap kualitas demokrasi, ancaman bagi kemajemukan, dan ancaman bagi toleransi. Ancaman ini semakin nyata jika terus dieksploitasi demi kepentingan politik jangka pendek yang mengakibatkan kebencian, ketakutan, bahkan konflik sosial. Sebagai 2 negara yang demokratis dan majemuk kita harus bekerja keras bahu membahu, berdiri tegak untuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan toleransi serta kemajemukan dan mencegah dunia dari ancaman clash of civilization.