Di tingkat lokal di Minang, pengaruh itu ikut terkristal lewat film Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Di film ini Datuk Maringgih, orang terkaya di Kota Padang, suatu sore menyuruh isterinya, Halimah menyiapkan pakaiannya di koper. Sebab dia mau pergi ke Padang Panjang dengan KA pagi untuk membeli barang, lantaran stok barangnya sudah menipis.
Baca : Nevi Zuairina Bersama Mahasiswa Kunjungi Museum
Itu lah kejayaan masa silam Padang Panjang, ia sudah jadi kota tujuan di masa lalu. Makanya, sejalan saran Gubernur Sumbar masa Hasan Basri Durin, kota ini mengevaluasi hari ulang tahun (HUT) nya yang semula diperingati tiap 23 Maret, sesuai UU No.8/1956 tentang pembentukannya sebagai kota kecil. Sebab jika itu diteruskan, kota ini kelak bisa-bisa dianggap hanya sejak 1956 kemari.
Hasil evaluasi yang dilakukan lewat penelitian dan seminar bekerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) pada Maret 2003, hari jadi kota (HJK) Padang Panjang akhirnya digeser jauh ke belakang ke 1 Desember 1790 M. Pilihan ini, merujuk ke hasil penelitian Christine Dobbin; Padang Panjang pada 1790 M sudah kota moderen (ukuran masa itu). (yet/adv).-
Video Pilihan : Ikhlas Berbagi Pembuka Pintu Rezeki