Peran sebagai kota dagang bangkit lagi setelah kereta api (KA) juga melintasi kota ini dari Padang ke Sawahlunto dan Bukittinggi mulai penghujung 1880-an. Kemudian hingga 1970-an, kota ini tampil sebagai kota dagang berpengaruh di Sumatera, terutama untuk sayur dan ikan kering, dan sebagai kota pendidikan yang didatangi oleh ribuan pelajar dari nusantara dan sebagian negeri jiran.
Baca : Review Redmi 10, Fitur Memukau Harga Terjangkau
Nadjir Joenoes, mantan wartawan (1950-1060-an) dan dosen ASKI Padang Panjang (1970-1990-an) mengungkap di HUT kota ini pada 1994, Padang Panjang juga pernah dijuluki sebagai Mesir van Andalas oleh seorang pengelana/penulis dari Belanda. Maksudnya, kebesaran Padang Panjang sebagai pusat pendidikan Islam terbesar kedua di dunia setelah Mesir (di masa itu).
Kecuali itu, Padang Panjang di masa lalu juga pernah punya pabrik kertas, pabrik pecah belah, punya beberapa percetakan berpengaruh di Sumatera Tengah, punya media cetak berpengaruh seperti majalah Almanar, disamping kejayaan Industri kulit (samak nabati), dan industri hilirnya yakni usaha kerajinan dari kulit.