Saat ini dunia pendidikan sudah mengalami perubahan yang pesat. Kemajuan dalam bidang teknologi informasi sudah mewarnai aktifitas pembelajaran di sekolah-sekolah. Jarak dan waktu bukan lagi kendala yang berarti untuk dapat melaksanakan pembelajaran, karena teknologi informasi yang berbasis internet sudah merambah ke pelosok-pelosok tanah air.
Kita tidak kemana-mana, tapi kita ada dimana-mana. Pandemi covid 19 pun seakan-akan ‘Sengsara membawa nikmat.’ Di satu sisi kita menemui kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran karena tidak bisa tatap muka (zona nyaman).
Di sisi lain, mau tidak mau kita harus bisa melaksanakan pembelajaran secara virtual (keluar dari zona nyaman). Untuk itu pendidik harus terus belajar untuk menguasai teknologi informasi yang berbasis internet tersebut. Pembelajaran harus tetap jalan walaupun tidak dengan tatap muka. Itulah esensinya, kita tidak kamana-mana, tapi kita ada dimana-mana.
Lantas, dari mana perubahan itu harus dimulai? Apakah kita berharap orang lain akan terus membantu kita tanpa kita berkomitmen untuk berubah? Tentu tidak. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri.
Kita jangan bermimpi untuk mengubah dunia tanpa kita sendiri yang berubah terlebih dahulu. Pesan untuk berubah ini sudah tertulis dalam puisi yang tertulis pada. batu nisan di Westminster Abbey, Inggris pada tahun 1100 M, yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dengan judul ‘Hasrat Untuk Berubah.’