“Walaupun nilai rupiah terhadap dolar melemah dibanding dengan asumsi nilai kurs dalam APBN yang ditetapkan Rp 14.400 per dolar, harga minyak mentah yang cukup rendah menjadi argumen yang kuat untuk harga BBM non subsidi dapat didorong turun,” ujarnya.
Dengan mencermati variabel pembentuk harga BBM yakni harga dasar, margin dan pajak, maka dipastikan harga keekonomian BBM saat ini jauh lebih rendah. “Harga keekonomian BBM saat ini akan jauh lebih rendah dibanding dengan harga keekonomian BBM dengan asumsi yang dipakai dalam APBN 2020”, ucap politisi dari Fraksi PKS.
Saadiah mengatakan, hal wajar jika kebijakan menurunkan harga BBM menjadi opsi yang rasional. Apalgi, pemerintah selama ini selalu sangat respon untuk menaikan harga BBM ketika perubahan harga minyak mentah dunia menanjak.
Mestinya, hal serupa mesti dilakukan, saat komponen pembentuk harga BBM menurun. “Itu sikap proporsional. Jangan hanya sumringah saat menaikan harga BBM, tapi respons rendah untuk menurunkan harganya,” ujar Saadiah.
Dalam kondisi dimana dampak wabah virus corona menyebabkan darurat ekonomi, kebijakan menurunkan harga BBM menjadi stimulan bagi perekonomian. “Turunnya harga BBM akan memperkuat daya beli masyarakat. Ini stimulasi yang positif di tengah perekonomian nasional yang goyah karena pandemik corona,” ujarnya.
