Pada sisi perawatan, petani durian masih menggunakan cara tradisional yang berkembang secara turun temurun. Satu contoh, Pada saat durian berbunga, demi menghindari bunga itu di makan oleh simpai (binatang bebulu oranye sejenis kera) biasanya petani durian merantang kaleng besar berisi batu dengan menghubungkan tali dari batang pohon ke pondok mereka.
Bila kawanan simpai mulai mendekati pohon durian, maka mereka mulai menunjukan aksi seperti menarik-narik tali tersebut hingga menimbulkan bunyi yang sangat keras untuk membuat simpai berlariaan hingga ketakutan. Siang dan malam, para petani durian selalu aktif menjaga buah durian apabila usia buah telah mendekati matang.
Di malam hari, mereka bermodal lampu corong, senter ataupun sejenis penerang tradisional lainnya. namun hal itu tidak membuat mereka jenuh untuk menanti durian jatuh, satu demi satu yang berlokasi di atas bukit yang merimba.
Bahkan bagi sebagian petani tersebut, dirinya rela tidur berminggu-minggu diatas bukit didalam pondok kecil yang sengaja dibangun sebagai tempat peristirahatan. Begitulah, cara mereka untuk dapat mengumpulkan buah durian. Sebab, proses panen durian itu hanya mengandalkan jatuhnya durian dari tampuk tanpa harus melewati proses pemanjatan.