Dia beralasan, guru bertugas menyiapkan generasi yang akan datang dan anggota parlemen berwenang membentuk aturan untuk hidup bersama dengan baik. Setelah mendapat laporan bahwa Jepang takluk kepada Sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, Kaisar Hirohito menanyakan berapa jumlah guru yang tersisa.
Dengan sekitar 250.000 guru yang masih hidup, Kaisar Jepang menyatakan tekad, dalam satu generasi, Jepang akan lebih maju dari kondisi sewaktu ditaklukan. Pada 1960-an, Jepang membuktikan dapat lebih unggul dalam teknologi dan ekonomi dari banyak negara Barat penakluknya.
Imam al-Ghazali dalam bukunya Ayyuhal walad mengnologikan, guru bagaikan minyak wangi. Seorang guru itu harus wangi dengan ilmunya dan menyebarkan wewangian kepada lingkungan yang ada disekitarnya, ia menjadi aromatherapi bagi masyarakat yang haus dengan ilmu pengetahuan dan nasehat yang berharga.
Imam al-Ghazali juga menyebut guru sebagai orang besar. Dia mengumpamakan bagaikan matahari yang menerangi dan memberikan kehidupan bagi manusia.
Untuk menjadi digugu dan ditiru atau bagaikan minyak wangi, seorang guru tentu memiliki berbagai persyaratan yang pada akhirnya akan menjadi guru idaman.
Sebagai guru idaman harus mampu menjadi sahabat dan teman berdiskusi. Lebih mendorong siswa untuk berkreasi dan mengembangkan bakat serta ilmu pengetahuannya. Mengingat tantangan kehidupan yang dihadapi siswa juga terus berkembang. Kedekatan emosi dengan siswa harus dibangun agar ilmu yang disampaikan bisa diterima siswa.