Guru disrupsi, pasti bisa Microsoft office, tidak hanya sekadar berbicara di depan kelas saja, namun mampu mengelola kelas secara manual dan online. Ia mampu meng-upload materi atau bahan ajar ke system online. Tidak hanya menyuruh siswanya untuk meng-upload-kan, tapi ia juga aktif dalam pembelajaran secara online melalui group-group diskusi.
Guru di era disrupsi setiap hari selalu ada hal yang baru untuk disampaikannya kepada siswa. Hal itu bias terjadi karena guru tersebut rajin membaca. Guru tersebut tak semata-mata mengajar bersumber dari buku guru dan buku siswa serta LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dibeli dari penerbit. Guru harus aktif menulis buku, modul dan bahan ajar bahkan membuat LKS untuk memenuhi kebutuhan mengajarnya. Materi-materi yang ia sampaikan lebih bisa diterima oleh siswa dengan situasi terkini, karena ia sudah menganalisis kebutuhan materi yang akan diajarkannya.
Guru disrupsi tidak asal mengajar saja di kelas. Ia akan mengajar dengan menyenangkan. Diantara kegiatan yang dilakukannya membuatkan peta pikiran, mengawali pembelajaran dengan cerita yang motivasi siswa sesuai tujuan pembelajarannya. Setiap kali mengajar selalu ada informasi-informasi baru yang disampaikannya, itulah guru di era disrupsi.