Oleh: Riyon
Kemajuan zaman berputar semakin cepat, baik di dunia sain maupun teknologi. Globalisasi juga memberikan dampak positif dengan berbagai kemudahan dan kelancaran kebutuhan bagi semua pihak yang berhubungan dengan tuntutan lajunya perkembangan zaman. Ini juga memberikan satu harapan positif maupun negatif.
Dalam dunia komunikasi juga terjadi perkembangan yang cepat. Dengan menggunakan WA di HP Android bisa berkomonikasi jarak jauh di penjuru dunia. Belum lagi transaksi berbagai macam segala aktifitas dan kegiatan tak ada kendala, semua akan berjalan dengan lancar.
Memang era globalisasi memberikan dampak positif dengan berbagai kemudahan. Ditambah lagi adanya pasar bebas, seperti di Asia Tenggara yang telah menerapkan Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Ini termasuk dampak posisifnya di era globalisasi.
Selain hal positif, globalisasi juga menimbulkan dampak negatif. Bahkan di era globalisasi sampai-sampai si orok lahir, munculnya “Pemanasan Global” perubahan iklim, baik di negara maju maupun negara berkembang. Munculnya pemanasan global termasuk Emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Ini perlu menjadi pemikiran bersama, karena ini menyangkut aktifitas/kegiatan manusia salah satu penyebab utama perubahan iklim.
Malahan, sampai hadirnya UNFCCC suatu forum internasional untuk membahas berbagai permasalahan seputar isu pemanasan global. Didalam latar belakang kontes perubahan iklim Menurut Kepala Pusat Standarisasi dan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. RI, Dr. Ir. Nur Maspripatin,M.For.Sc, dalam kontes perubahan iklim, hutan dapat berperan baik, sebagai sumber emisi (GRK, dapat meningkatkan pemanasan global maupun sebagai penyerap GRK di Admosfir. Sehingga dalam upaya menstabilisirkan konsentrasi GRK yang dimaksud di atas.
Hutan dapat memberikan kontribusi pada mitigasi disektor kehutanan. Masalah hutan ini menjadi agenda utama pada proses negoisasi UNFCCC maupun didalam negeri Indonesia dalam pengurangan emisi dari desforestasi dan degradasi hutan. Sehingga muncullah (reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation, role of concervation, sustainable management of fores ang enhancing fores carbon stoks) yang lebih diekenal dengan REDD+.
Tahun 2009, pemerintah Indonesia berkomitmen menurunksan 26-41% emisi GRK dari tingkat BAU tahun 2020, kata Nur Maspripatin. Nah ini salah satu gambaran era globalisasi yang masuk dalam kata logue isu negatif, kalau diuraikan permasalahan lain masih berjibun.
Disisi lain, tergerusnya budaya permainan tradisional anak desa/nagari dengan, android, ipad dan teknologi komputerisasi, berkemungkinan warisan sejak nenek moyang dulu sekitar dalam kurun 20 tahun mendatang akan menjadi Ephitap (batu nisan dipemakaman). sehingga permainan anak tradisional nusantara merupakan suatu barang yang sangat langka di negeri sendiri.
Menurut Psikolog Clinis Patricia Intan Suri , SPSi, MPSi yang berdomisili di Sleman Yogyakarta, dalam mempertahankan norma etika/ sopan santun anak terhadap orang tua semakin memudar. Seorang anak di depan atau berbicara dengan orang lebih tua dianggapnya sama teman sebaya, dengan orang tua istilahnya bahasa Jawa “ Tidak tau unggah-ungguh”(sopan santun), maka didaerah Sleman ada salah satu komunitas yang menghidupkan kembali edukasi sopan santun anak-anak kepada yang lebih tua, atau kepada orang tua siapapun ramah sopan santun.
Dalam menyambut pasar bebas atau yang lainlah seperti MEA, munculah suatu isu, kerisauan dan kecemasan peredaran narkoba di Indonesia sudah menjadi lingkaran setan bahkan Indonesia menjadi ladang emas yang paling subur untuk peredaran narkoba kartel jaringan internasional. Bukitnya tiada hari tanpa kekosongan BNN penangkap para pengedar narkoba dari sang pengedar kelas teri sampai kelas kakap bahkan besoknya lagi menangkap yang kelas ikan paus. Jangan ditanya masalah korbannya setiap hari puluhan orang berjatuhan menemui ajalnya akibat narkoba.
Marilah kita merenung sejenak, terhadap dampak positif dan negatif globalisasi dan bisa mengambil hikmahnya. Yang baik kita terapkan kita pertahankan, kita tumbuh kembangkan, yang negatif kita buang jauh-jauh meracuni kehidupan kita. Kita harus menyadari hidup didunia ini hanya sementara. Kadar baiklah yang harus kita unduh. Setelah kita tiada generasi penerus akan menggantikannya. Generasi penerus ini harus betul-betul kita jaga dengan baik, jangan sampai terbawa arus sesat nakorba. Yang nantinya akan merapuhkan kedaulatan negara yang sangat kita cintai ini.
Masalah moral “bukan salah bondo menganduang”, anak dilahirkan masih seputih kapas, semakin hari semakin tumbuh besar. Tentu akan terjun pada suatu kehidupan baik llingkungannya dan pergaulannya, bahkan tak jarang tersesat dirimba rapohnya didikasi moral. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat dominan anak itu akan berhasil atau tidak, Namun didalam mendidik anak apabila orang tua itu lengah dan lalai, percayalah anak anan terseret dalam kumparan negatif. Seperti mengenal tentang narkoba selanjutnya menjadi sipemakai bahkan naik statusnya menjadi sipengedar.
Setelah terjadi demikian orang tua merasa sadar bahwa ada kurang kepengawasannya, kurang kedekatannya kepada anak, kurang kasih sayangnya kepada anak. Anak selagi minta kebutuhan uang berapapun dikasih. Sebetulnya bukan cara demikian anak perlu kasih sayang, cinta dan bimbingan dari orang tua. Apalagi kedua orang tuanya disibukkan dengan kegiatannya, entah jadi pejabat, entah jadi pengusaha dan sebagainya, sehingga anak kurang terkontrol bagaimana pergaulan sehari-harinya, anak hanya dicekoki dengan berapa minta uang dikasih.
Inilah yang namanya salah asuh mendidik anak biasanya moral anak terpengaruh menjadi negatif. Revolusi moral jangan berhenti ditempa. Pendidikan moral pancasila yang tinggal dalam nostalgia perlu dihidupkan kembali. Rapuhnya moral termasuk rentan dari penyalahgunaan narkoba. Karena orang-orang yang sudah rusak moralnya sangat sulit diperbaiki, hanya kematianlah yang memvonisnya. Kita juga harus membedakan atau bisa memilah-milah antara revolusi mental dengan revolusi moral. Moral yang sudah rusak sangat sulit diperbaiki, namun mental yang nyalinya kerupuk masih bisa diperbaiki.