Gaduh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti rusuh dan gempar karena perkelahian. Gaduh identik dengan pertentangan yang disebabkan oleh tindakan ataupun pernyataan.
Gaduh belakang sudah menjadi tren. Tragisnya, tindakan gaduh tersebut, justru dilakukan oleh pihak yang mestinya menjadi panutan atau penyejuk iman.
Belum habis gaduh karena pentas wayang di Ponpes Ora Aji milik Gus Miftah yang menunjukkan dalang menghajar ‘wayang berpeci’ diduga mirip Ustaz Khalid Basalamah. Kali muncul gaduh baru, dari pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang membandingkan suara adzan di satu sisi dan gonggongan anjing di sisi lain.
Yaqut membandingkan suara adzan dengan gonggongan anjing ini di Gedung Provinsi Daerah Riau. Yaqut saat itu bicara terkait penerbitan surat edaran yang mengatur penggunaan pengeras suara atau toa di masjid dan mushalla.
Awalnya, Yaqut menjelaskan dirinya tidak melarang penggunaan pengeras suara oleh masjid ataupun mushalla. Menurutnya, pemerintah hanya mengatur besar volume.
“Soal aturan adzan, kita sudah terbitkan surat edaran pengaturan. Kita tidak melarang masjid-musala menggunakan Toa, tidak. Silakan. Karena itu syiar agama Islam,” katanya di Gedung Daerah Provinsi Riau, sebagaimana dilansir detik. com Rabu (23/2/2022).
Yaqut menilai suara-suara dari masjid selama ini merupakan bentuk syiar. Namun, dia menilai suara dari masjid bisa menimbulkan gangguan jika dinyalakan dalam waktu bersamaan. Yaqut kemudian mencontohkan suara-suara lain yang dapat menimbulkan gangguan. Salah satunya ialah gonggongan anjing.
“Yang paling sederhana lagi, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya. Kiri, kanan, depan belakang pelihara anjing semua. Misalnya menggonggong dalam waktu bersamaan, kita ini terganggu nggak? Artinya apa? Suara-suara ini, apa pun suara itu, harus kita atur supaya tidak jadi gangguan. Speaker di mushalla-masjid silakan dipakai, tetapi tolong diatur agar tidak ada terganggu,” katanya.
Terkait pentas wayang di Ponpes Ora Aji milik Gus Miftah atau pernyataan yang dilontarkan Yaqut Cholil Qoumas tentu bukan asal lepas atau ceplas ceplos. Baik Gus Miftah maupun Yaqut bukan orang sembarangan. Setiap tindakan dan perbuatannya, tentu sudah dipikirkan dan dianalisa dengan jeli. Termasuk dampak yang akan terjadi di tengah masyarakat.
Besar dugaan, salah satu target adalah mencapai komunikasi secara efektif. Kegaduhan adalah upaya yang paling strategis untuk membangun komunikasi. Pro kontra yang terjadi pada masyarakat adalah hasil yang sangat diharapkan. Kapan perlu, gaduh ini menjadi perbincangan yang terus melebar. Pada akhirnya, si pencpta isu jadi pembincangan pada semua kalangan. Target bakal sukses, walau harus melalui carut pungkang.
Komunikasi negatif dengan menciptakan gaduh sudah menjadi tren saat ini. Terutama dilakukan oleh pihak yang lagi mencari identitas diri atau menggapai popularitas secara instan. Malahan, untuk membuat kebijakan saat ini juga melalui pesan gaduh, seperti JHT atau kebijakan lainnya. Tak bisa dipungkiri, jika mampu memenej isu dengan baik, maka target komunikasi akan berhasil secara maksimal.