Kawasan Tangsi Baru dulunya merupakan areal pemukiman bagi pekerja tambang yang dikirim oleh Kolonial Belanda dari berbagai daerah di nusantara. Jadi tak heran meski didominasi keturunan Jawa, namun Tangsi Baru memiliki keragaman suku dan budaya. Mereka yang menghuni kawasan Tangsi Baru mulai dari Jawa, Minang, Batak, hingga Papua, termasuk Cina ada di sana.
Dengan keanekaragaman masyarakat Tangsi Baru justru muncul budaya baru, yang ditunjukan dengan adanya bahasa Tangsi.Bahasa Tangsi sendiri, hadir dari percampuran bahasa Jawa, bahasa Minang serta bahasa Indonesia, yang digunakan masyarakat Tangsi untuk berkomunikasi dalam kehariannya.
Tak hanya menjadi wadah apresiasi seni, dan mendapat dukungan berbagai pihak, sukses Festival Kampung Seni yang digelar Formasta ini ternyata juga membahagiakan kalangan ibu-ibu Tangsi Baru yang menggelar pameran ragam kuliner tradisional. Beragam kuliner khas Tangsi Baru yang dapat dicicipi warga dengn harga murah meriah di sepanjang jalan utama Tangsi Baru ini laris manis.
Paryatun (50) warga Tangsi Baru yang menyajikan menu tradisional berupa getuk, tiwul, sawot dan grontol ini mengaku dagangannya sudah habis terjual dalam hitungan beberapa jam saja di siang hari. Begitupun di malam hari dagangan yang ia buat juga laris manis.