“Jadi, urutannya tak ada yang pas. Yakni Mahyeldi-Audy 32%, Nasrul Abit-Indra Catri 30%, Mulyadi-Ali Mukhni 26%. Yang cukup pas, yakni posisi Fakhrizal-Genius Umar 9%. Artinya, Fakhrizal-Genius Umar sejak awal diprediksi menempati posisi terakhir. Dan memang tak ada pula lembaga survei yang memprediksi pasangan ini akan keluar sebagai pemenang, kecuali lembaga survei yang disebut internal,” kata alumni Fakultas Sastra Unand ini.
Dia membeberkan, penjelasan apa yang bisa menjelaskan fenomena ini. Pertama, tingkat partisipasi yang relatif rendah. Ini membuat Mahyeldi-Audy melejit. Tingkat loyalitas pemilih Mahyeldi-Audy memang kuat. Ini jauh hari sudah bisa ditebak, saat partisipasi rendah, maka Mahyeldi-Audy paling diuntungkan.
“Kedua, situasi politik menjelang pencoblosan. Status tersangka tindak pidana Pemilu yang diumumkan 3 hari sebelum pencoblosan, terhadap Mulyadi-Ali Mukhni, sangat berpengaruh. Bahkan, hari Senin, Mulyadi-Ali Mukhni masih dipanggil Polisi dan ia memilih mangkir.
Berita ini terus diolah, terutama oleh tim Mahyeldi – Audy. Diprediksi, elektabilitas Mulyadi – Ali Mukhni banyak tersedot ke Mahyeldi – Audy dan bukan Nasrul Abit-Indra. Bahkan, di masa tenang pun kelompok ini masih terlihat berkampanye di medsos,” tukasnya.