Menurutnya, tak hanya buruk secara pertanggungjawaban publik, nitanya juga buruk, termasuk perlakuan terhadap data survei itu sendiri. Ia bersembunyi di balik data untuk memuluskan keinginannya. Bahkan, keinginan dari pihak yang dimainkan kepentingannya. Lembaga survei netral, tak memihak? Cara dan kerjanya tak terlihat begitu.
“Buruknya lagi, lembaga ini menyatakan PKS unggul sangat tinggi sekali, tapi juga menyinggung soal faktor korupsi yang baru dialami Gerindra. Padahal, antara data survei yang diperoleh dengan kasus korupsi yang dialami mantan kader Gerindra Edhy Prabowo, sungguh sangat berjauhan sekali,” katanya dalam akun facebook Erizal.
Sekarang, katanya, orang menunggu berapa elektabilitas dari keempat pasang calon yang hendak diberikannya. Siapakah yang unggul? Apakah masih Mahyeldi-Audy Joinaldy? Anehnya, sekali lagi, media tak mau mengejar ini sejak awal. Dan hanya menerima bersih saja data yang dicicil oleh lembaga survei ini.
“Tapi, sesuai keterangannya sendiri, bahwa elektabilitas partai tak berhubungan dengan elektabilitas calon. Artinya, elektabilitas Mahyeldi-Audy jauh di bawah kandidat lainnya. Tapi, kalau nanti tiba-tiba, elektabilitas Mahyeldi-Audy jauh pula di atas, berarti lembaga survei ini sedang menjilat ludahnya sendiri. Dan ini buruk sekali,” katanya. (*)