“Secara total, DPK kami tumbuh positif. Nasabah mungkin lebih nyaman ke tabungan daripada deposito karena lebih fleksibel dan banyak fasilitas lewat mobile banking,” jelasnya sebagaimana dilansir Kontan.co.id, Kamis (24/9/2020).
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) pun menyerukan hal senada. Walau tidak sederas industri, menurut Direktur Bank BTN Jasmin, per Agustus 2020 DPK BTN sudah naik 6,5 persen. Pertumbuhan itu didominasi dana murah yakni giro sebesar 15,5 persen yoy.
Malah bila dirinci, dari Juni 2020 ke bulan Agustus 2020 ada peningkatan cukup tinggi sekitar 9 persen dari Rp 226,32 triliun menjadi Rp 246,53 triliun. “Tren DPK di bulan September 2020 diperkirakan juga tetap naik,” kata Jasmin Jumat (25/9/2020).
Walau punya potensi besar, bank bersandi bursa BBTN ini tidak ngotot menargetkan DPK jumbo tahun ini. Menurut Jasmin, DPK hanya ditargetkan tumbuh sekitar 7 – 8 persen saja sepanjang tahun 2020. Ini karena BTN ingin memperbesar porsi dana murah (rasio CASA).
Menurut Jasmin, wajar kalau DPK tumbuh jauh melampaui pertumbuhan kredit. Sebab, kebanyakan nasabah atau debitur pastinya tengah mengerem kredit di masa pandemi. Walhasil, bisa dibilang dana-dana tersebut sedang diparkir di instrumen DPK, setidaknya sampai ekonomi stabil. “Kami tidak mematok tinggi. Permintaan kredit juga masih jauh dari normal. Semoga tahun depan ekonomi kita membaik,” ujarnya.