Kegiatan mengambil sampah ke rumah-rumah warga itu oleh petugas dengan beberapa becak motor (milik Pemnag Cubadak), terus membuangnya ke lokasi pembuangan akhir (LPA) sampah, jelas butuh biaya. Biayanya itu seperti honor petugas, pembelian BBM dan perawatan betor. Makanya, retribusinya dipungut.
Dana retribusi sampah tadi jadi salah satu pendapatan asli nagari (PAN) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APBN) Nagari Cubadak. Selanjutnya, kata Asrizallis, honor atau upah petugas pengambil/pembuangan sampah itu, berikut biaya BBM dan perawatan betor tadi, diambilkan dari APBN Nagari tersebut.
Itulah salah satu contoh dari inovasi Pemerintahan Nagari Cubadak era Wali Nagari Asrizallis. Selama ini pelayanan persampahan seperti itu baru jamak dikenal di kota-kota otonom atau di kota Ibu kabupaten di Indonesia. Karenanya, ini salah satu contoh inovasi pemerintahan nagari/desa yang telah jauh melintas ke depan.
Sebetulnya, dari 10 buah program unggulan pada RPJM Wali Nagari Asrizallis, ada satu program inovasi tergolong fantastis, yakni pembangunan Pulau Sisiau (Sisiau Island) yang kini dalam persiapan. Sesuai site plan, Pulau Sisiau terdiri 1 danau utama (125 x 60 meter) dengan 11 telaga kecil di sekitarnya dan ditunjang jalan lingkar.