Dia tidak pernah meninggalkan teleskop, agar bisa mendokumentasikan berbagai jenis burung. Hal tersebut ditegaskan Tony Bennett, pemandu tur Phoebe di utara Meksiko, “Ia sudah terlebih dulu membidik burung sebelum siapapun melakukannya,” papar Tony.
Sebagai seorang bird watcher, hidup Snetsinger bukannya tanpa masalah. Dia pernah terluka beberapa kali. Salah satu kecelakaan yang membuat tangannya patah membuat tangannya lumpuh selamanya. Bencana pernah ‘menyapa’ selama Phoebe melakukan perjalanan, termasuk gempa bumi dan kecelakaan kapal.
Dalam perjalanannya ke Papua Nugini, pemandunya dipukuli dan Snetsinger sendiri diperkosa oleh 5 orang. Namun anak perempuan dari seorang ahli iklan ini tak pernah melihatnya sebagai musibah, melainkan tantangan yang membuatnya belajar dan bereksplorasi.
Madagascar jadi tempatnya menutup usia. Pada November 1999, van yang dinaiki Phoebe Snetsinger berguling dan menabrak. Pengamat burung paling terkenal di dunia itu pun meninggal di tempat pada usia 68 tahun sebelum bisa mengamati Helmet vanga yang langka. Pada memoar berjudul Birding on Borrowed Time Phoebe pernah menuliskan, “jika ini adalah perjalanan terakhirku, maka biarkanlah. Namun aku akan membuatnya jadi satu yang berkesan dan pergi bersama teropong di tangan.”