Wendi mengaku senang setelah bertemu keluarganya. Meski telah pernah menjadi sandera, bukan berarti Wendi trauma untuk melaut. “Setelah ini akan kembali melaut,” sebutnya.
Wendi juga mengatakan jika dirinya selama disandera tidak mendapatkan tekanan fisik maupun mental. Selama disandera, dirinya tidak melakukan aktivitas apapun. Meski dalam berkomunikasi dibatasi, namun dirinya bersama sandera lain tidak diintervensi oleh penyandera.
Wendi merupakan koki di kapal Brahma 12. Saat disandera, dirinya bersama tawanan lain dijaga oleh 10 orang bersenjata lengkap. Mereka terus bergerak berpindah-pindah di hutan di kepulauan Sulu, Filipina. Komunikasi dengan penyandera dilakukan dengan bahasa Filipina terbata-bata. Para WNI ini kemanapun selalu dikawal, termasuk apabila ingin buang air.
Walikota Padang, H. Mahyeldi Dt Marajo menyebut bahwa kedua orangtua Wendi selalu melakukan shalat tahajud dan berdoa setiap malam. Begitu juga seluruh warga yang ikut mendoakan Wendi agar lekas dibebaskan. “Semua ini berkat doa dan harapan orangtua sendiri serta semua warga,” ungkap Mahyeldi.
Walikota meyakinkan bahwa doa dan harapan orangtua itu makbul dan diijabah Allah SWT. Mahyeldi berharap, dengan kejadian ini akan menjadi bahagian untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.