Dari sisi pemerintahan, Irwan Basir menuturkan bahwa harus bisa menciptakan good governance dan clean goverment, dengan birokrasi yang transparan. Kemudian mendudukkan orang sesuai dengan kapasitas atau tempatnya. Right man in the right place, serta menghindari kasta-kasta.
Menurut Irwan Basir, sangat naif melihat kondisi Kota Padang yang sekarang disebut dengan Kota Metropolitan. Dia mencontohkan soal terminal Anak Air Lubuk Buaya yang sudah lama diresmikan penggunaannya, tapi tidak maksimal.
“Asas manfaatnya tidak pas, karena tidak cocok lokasinya. Sehingga bus-bus enggan masuk ke terminal, dan membuat terminal bayangan di jalan-jalan. pada akhirnya membuat macet,” tukasnya.
Lanjut Irwan Basir lagi, PAD (Pendapatan Asli Daerah) Padang itu rendah. Hal ini karena pengelolaan yang keliru. Selama ini banyak yang ABS (Asal Bapak Senang). Dimana penyampaiannya bagus-bagus, tapi sebenarnya keropos.
Untuk pengelolaan parkir saja, katanya, Padang itu penerimaannya kalah jauh dari Bukittinggi.
Pada kesempatan tersebut, sekalian dilaksanakan acara mengheningkan cipta terhadap arwah korban Gempa 30 September 2009, yang melanda Kota Padang.
Acara diskusi dipandu Edi Zambros Rajo Bujang, yang merupakan tokoh masyarakat Pauh. Turut hadir penggagas dan anggota SIMAPAD. Diantaranya Isa Kurniawan, Sandy Sitia, Zahirsyah Bob, Ali Hanafiah, Elman Musa, Joni Ismed, Teja Mulkan, Risfalino, Cornelius Sabailatty, Ilham Majid, dan lainnya.