“Kita sudah berbincang-bincang dengan warga sekitar yang biasanya hidup dari berjualan untuk wisatawan. Dibanding 10 tahun yang lalu, penghasilan mereka jauh berkurang,” tegasnya.
Keberadaan KJA
Tak hanya itu, imbuh Taslim, keberadaan keramba jaring apung (KJA) di kawasan Danau Maninjau juga disinyalir menjadi faktor penyebab mengurangi keindahan destinasi wisata di kawasan itu.
Di sisi lain, jika dilihat dari sisi ekonominya, petani KJA justru sering merugi. Peristiwa tahunan ikan mati mendadak milik petani sudah tak bisa terelakkan lagi. Akhir tahun lalu, setidaknya terjadi ikan milik petani mati mendadak dengan total kerugian Rp18,24 miliar.
“Ini baru akhir tahun kemarin, belum lagi tahun-tahun sebelumnya. Artinya secara ekonomi KJA ini tidak menguntungkan petani, hanya menguntungkan segelintir orang,” ungkap tokoh asal Agam ini.
Menurut Taslim, justru yang diuntungkan dari KJA ini ialah pengusaha pakan ikan. Sementara di tingkat masyarakat banyak, mungkin hanya sekadar pas untuk makan saja.
Oleh sebab itu, keberadaan KJA di Danau Maninjau ini harus ditinjau ulang, dan petani yang ada saat ini harus diberikan opsi lain agar mereka bisa lebih sejahtera.
Taslim mengungkapkan, jika Danau Maninjau dikembalikan kepada fungsinya sebagai destinasi wisata, maka diyakini akan bisa bermanfaat untuk masyarakat banyak. Terutama untuk kesejahteraan mereka.
Komentar