Informasi sejarah versi Wikipedia, keberadaan Kerinci sudah diketahui sejak 2 SM. Itu merujuk ke catatan China dimana pada 2 SM itu terdapat sebuah negeri bernama Koying terletak di sebuah dataran tinggi yang memiliki gunung berapi. Beberapa ahli berpandangan bahwa Koying identik dengan Kerinci.
Dewasa ini, secara ekonomi rakyat di Kerinci dominan bergerak di sektor pertanian (agribisnis), disusul sektor industri/jasa dan perdagangan. Di sub sektor pertanian, seperti budidaya padi sawah, sayur/palawija, peternakan (terutama unggas), ikan air tawar, kebun kayu manis (kulit dari batang kayu manis) dan kopi Arabica.
Di sub sektor industri, beberapa produk hilir dari kulit kayu manis (seperti bubuk dan sirup), bubuk kopi Arabica, dodol (aneka rasa), pisang sale dan lainnya. Makanan ringan itu terlihat mengisi pertokoan di tepi jalan keluar-masuk Kerinci. Salah satu di tepi jalan Kerinci–Solsel, tepatnya Desa Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak, Kab. Kerinci.
Cerita Fajri, salah seorang pengusahanya, menyebut jualan makanan/minuman khas Kerinci di Desa Lubuk Nagodang tampil sejak sekitar 7 tahun silam. Pertokoan di situ dibangun oleh warga, begitu juga modal usaha. Peran pihak Pemkab, pernah memberi pelatihan keterampilan sekitar 7-8 tahun silam.