Kepemimpinan biasa yang alon-alon asal kelakon, normatif-regulatif, bekerja di belakang meja, one man show, dan terlalu terpaku hierarkhi tidak akan mampu mengatasi keganasan wabah ini.
Pemimpin pemerintahan kita perlu mengadopsi gaya kepemimpinan abnormal.
Gaya memimpin di zaman perang ala tentara. Hajar dulu, urusan belakangan, tak bertele-tele, red-tape, to the points, dan anti ewuh-pakewuh.
Dengan gaya yang sedikit kurang demokratis itu, saya yakin orang yang tidak positif corona bakal selamat, dan orang yang sudah terjangkit akan sembuh”
Saat dihubungi melalui media online, Presiden Institut Otonomi Daerah ini mengaku geregetan dengan sejumlah langkah yang masih saja terlampau prosedural seperti perdebatan soal istilah-istilah antara lockdown, karantina wilayah, karantina terbatas selektif, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga kehebohan tentang istilah darurat sipil.
“Ya belum lagi perdebatan social distancing yang diubah dengan physical distancing. Itu tidak begitu urgen, istilah apapun namanya, yang paling utama itu adalah langkah penyelamatan rakyat. Jadi atas nama demi keselamatan rakyat, maka tempuhlah langkah apapun itu. Soal istilah, kelengkapan administrasi, dan lain-lain nomor berikutnya.”