Gaya memimpin di zaman perang ala tentara. Hajar dulu, urusan belakangan, tak bertele-tele, red-tape, to the points, dan anti ewuh-pakewuh.
Dengan gaya yang sedikit kurang demokratis itu, saya yakin orang yang tidak positif corona bakal selamat, dan orang yang sudah terjangkit akan sembuh”
Saat dihubungi melalui media online, Presiden Institut Otonomi Daerah ini mengaku geregetan dengan sejumlah langkah yang masih saja terlampau prosedural seperti perdebatan soal istilah-istilah antara lockdown, karantina wilayah, karantina terbatas selektif, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga kehebohan tentang istilah darurat sipil.
“Ya belum lagi perdebatan social distancing yang diubah dengan physical distancing. Itu tidak begitu urgen, istilah apapun namanya, yang paling utama itu adalah langkah penyelamatan rakyat. Jadi atas nama demi keselamatan rakyat, maka tempuhlah langkah apapun itu. Soal istilah, kelengkapan administrasi, dan lain-lain nomor berikutnya.”
Prof Djo yang sempat dijuluki “The Little JK” ini menuturkan pengalamannya saat menjadi Deputi Bidang Politik Wapres Jusuf Kalla, (2004-2009) “saya banyak belajar dan mengikuti sepak terjang Pak JK terutama dalam menangani bencana nasional. Beliau tidak ragu kasih perintah walaupun berada di posisi RI 2. Karena niatnya jelas, ketika bencana melanda, yang diharapkan adalah kecepatan bertindak. Ini adalah urusan nyawa orang, urusan lain-lain bisa nyusul.”