“Bangku serta kursi yang patah-patah itu, sudah sering kami perbaiki, namun tidak bertahan lama. Mejapun kami masih menggunakan meja bantuan belanda puluhan tahun lalu. Sekarang kondisinya sudah tidak bagus lagi” sebut Yetti Elvina, di ruang kantornya, Kamis, (25/2/2016).
Tambahnya, apabila menggunakan dana BOS dalam hal segala perbaikan itu, jumlah dana tidak akan mencukupi sebab, dana tersebut banyak terkuras untuk pemakaian kebutuhan sekolah yang lebih penting dan utama.
Kondisi yang samapun juga terjadi di SDN 15 Batang Kapas. Khusus untuk sekolah yang satu ini, lokasinya berada di daerah pedalaman. Jarang sekali sekolah dikunjungi. Selain jumah muridnya yang sedikit, sekolah itu juga tidak memiliki pustaka dan ruang kepala.
Mirza Dehar, selaku pengendali sekolah itu, juga telah pernah mengajukan proposal ke lingkungan Dinas Pendidikan Pessel, namun hingga kini masih menunggu konfirmasi dan tinjauan tim terkait apakah tahun sekarang lembaga pendidikan itu bisa diberikan bantuan.
Begitupun SDN 22 yang dipimpin Yetti Elvina, ia juga telah mengantarkan serangkaian proposal terkait kondisi sekolah yang berada dalam kondisi kurang memadai. Berharap kedepan segera ditanggapi supaya tercipta suasana kondusif dan aman dalam melaksanakan PBM.